Tidak bisa lagi petani, nelayan, UMKM berusaha sendiri perorangan dalam skala kecil tapi harus bergabung dalam skala efisien, kami dorong mereka bergabung dalam koperasi.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyiapkan model bisnis korporasi petani dan korporasi nelayan yang diharapkan dapat direplikasikan di berbagai tempat di Tanah Apir.
“Kami menyiapkan ‘piloting model business’ korporasi petani atau nelayan yang kami replikasi di berbagai tempat, ada beberapa, misalnya beras seluas 800 hektare di Demak, kelapa sawit di Pelalawan Riau, beberapa komoditas lain yang bagus untuk piloting kerja sama antarkementerian,” kata Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam jumpa pers setelah rapat terbatas yang dipimpin Presiden Jokowi bertopik Korporasi Petani dan Nelayan dalam Mewujudkan Transformasi Ekonomi dari Istana Kepresidenan Bogor, Selasa.
Ia mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan Belanda misalnya untuk mengembangkan model koperasi pertanian untuk dijadikan model bisnis koperasi di Tanah Air.
Baca juga: Teten siapkan model bisnis koperasi mirip korporasi
Teten berharap pengembangan koperasi yang lebih modern akan mampu meningkatkan kesejahteraan petani atau nelayan yang dapat memetik profit dari bisnis model yang dikembangkan.
“Tidak bisa lagi petani, nelayan, UMKM berusaha sendiri perorangan dalam skala kecil tapi harus bergabung dalam skala efisien, kami dorong mereka bergabung dalam koperasi,” katanya.
Pihaknya mengembangkan model bisnis misalnya untuk petani sawit di Pelelawan, Riau, yang didorong untuk berkoperasi kemudian membangun pengolahan CPO.
Baca juga: Presiden ingin BUMN dan swasta dampingi korporasi petani-nelayan
Selain itu petani beras di Demak, Jawa Tengah, didorong mengembangkan sawah seluas 100 hektare untuk produknya yang diekspor dan sebagian masuk ke pasar ritel domestik.
Bahkan ketika permintaan terus meningkat, para petani tersebut memperluas lahan usaha hingga 800 hektare.
“Mereka berkoperasi kemudian membentuk PT dan membangun pabrik besar modern dengan investasi Rp40 miliar dengan Rp12 miliar di antaranya diperoleh dari koperasi petani. Model seperti ini nanti kami integrasikan ke sistem pembiayaan KUR untuk petani penggarap dalam mengembangkan padi,” katanya.
Baca juga: Presiden Jokowi: korporasi petani dan nelayan belum berjalan optimal
Teten mengatakan pihaknya juga akan memperkuat koperasi sebagai korporasi petani dan nelayan dari sisi pembiayaan dengan menyediakan dana bergulir dari LPDB KUMKM.
“Koperasi diperkuat pembiayaan dari LPDB KUMKM, jadi koperasi beli gabah dan baru diolah RMI dan nanti yang jual ke market adalah koperasi agar petani dapat keuntungan dari seluruh proses dari tanam, pengolahan, sampai ‘end product’ seluruhnya dikelola petani jadi bantuan pupuk, bibit sampai pembiayaan bisa dikelola untuk produktivitasnya,” katanya.
Ke depan, pihaknya juga akan mereplikasikan model bisnis serupa ke komoditas yang lain termasuk garam, ikan, dan lainnya dengan menggandeng kementerian/lembaga lain termasuk BUMN.
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020