Berlin (ANTARA News) - Perwira senior Jerman, Jenderal Egon Ramms, Sabtu, mengeritik kegagalan pasukan negaranya dalam memainkan peranan yang lebih dalam di Afghanistan.

Seperti dikutip Mingguan Der Spiegel, Jenderal Ramms mengatakan, kegagalan tersebut bisa berimplikasi pada kepemimpinan Jerman di utara Afghanistan.

Dalam misinya di negara Asia selatan yang terus dicabik perang itu, Jerman menempatkan 4.500 personilnya, terutama di wilayah utara.

Di utara Afghanistan itu, Jerman memimpin pasukan internasional yang bertugas di beberapa provinsi di sana dengan mandat Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Fokus utama pasukan tersebut adalah membantu pembangunan dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.

Bagi pasukan yang bertugas di wilayah selatan dan timur, fokus mereka adalah menumpas perlawanan Taliban dan para militan lainnya.

"Motto Jerman yang bertugas di Afghanistan adalah `basuh buluku tapi jangan sampai membasahiku," katanya mengutip pribahasa Jerman yang menyiratkan rasa enggan untuk terlalu terlibat dalam kegiatan.

Jika pasukan Jerman tetap seperti itu, mereka akan kehilangan kepemimpinannya di utara Afghanistan," kata komandan NATO yang berpangkalan di Brunssum, Belanda itu, seperti dikutip AFP.

Pada Februari lalu, Perwira tinggi Jerman, Jenderal Frank Leidenberger, mengatakan, Amerika Serikat (AS) mengirimkan dua ribu orang tentaranya ke Afghanitan Utara untuk membantu pasukan Jerman.

Media Jerman berspekulasi bahwa pengiriman pasukan AS ke wilayah itu menandakan keinginan AS untuk mengambil alih komando pasukan dari Jerman namun spekulasi itu dibantah Dubes AS di Berlin, Philip Murphy.

Tingkat kekerasan di wilayah utara tidak sama dengan wilayah selatan namun beberapa bulan terakhir intensitas kegiatan kelompok perlawanan Afghanistan di sana cenderung meningkat.

Pada Februari lalu, Parlemen Jerman memutuskan untuk mengirim pasukan tambahan sebanyak 850 personil ke Afghanistan dan memperpanjang misi mereka di sana setahun lagi.

Sebelumnya, pemerintah Jerman mengatakan, pasukan Jerman akan mulai ditarik tahun 2011. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010