Sanaa (ANTARA News) - Tiga orang, termasuk dua polisi, tewas di Yaman selatan pada Kamis dalam bentrok bersenjata antara pemberontak dengan polisi, kata sumber keamanan.
Pertempuran itu meledak di propinsi Lahj saat pemberontak Gerakan Selatan mencoba mengganti bendera republik Yaman di kantor pemerintah setempat dengan bendera bekas Yaman Selatan, kata mereka.
Satu anggota kelompok itu tewas dan tiga luka, AFP melaporkan.
Di propinsi Shabwa, ke timur, polisi dan pengunjukrasa bakutembak di kota Mayfah, kata petugas keamanan.
Dua polisi tewas saat mencoba lari, tapi kendaraan mereka terbalik.
Secara terpisah, bom jalanan di kota Abyan di Lawdar menyasar markas besar setempat Gerakan Selatan, melukai dua orang dan memicu unjukrasa, kata anggota kelompok itu.
Unjukrasa diadakan di sedikit-dikitnya dua tempat lain di Abyan, kata saksi.
Anggota Gerakan selatan mengadakan unjukrasa tiap Kamis, awal dari ahir pekan Muslim, menuntut pembebasan rekan merekka, yang ditahan pemerintah Sanaa, dan menuntut kemerdekaan.
Unjukrasa mendukung kemerdekaan kian marak di selatan di tengah keadaan ekonomi memburuk dan keluhan akan pembedaan dengan warga utara, yang dilakukan pemerintah.
Yaman selatan merdeka sejak 1967 sampai bersatu dengan utara pada 1990.
Selatan melepaskan diri pada 1994, memicu perang saudara singkat, yang berakhir ketika selatan dikuasai tentara utara.
Di selatan, tempat ketegangan meningkat dalam beberapa pekan belakangan, pengunjukrasa pendukung pemisahan memaksa masuk kantor pemerintah di propinsi Lahj dan satu pengunjukrasa tewas ketika pasukan keamanan berusaha membubarkan mereka, kata pejabat daerah.
Kekerasan di Yaman bagian selatan meningkat dalam beberapa pekan belakangan ketika pemberontak, yang menentang pemerintah Presiden Ali Abdullah Saleh, bentrok dengan pasukan keamanan, yang menewaskan tiga polisi dan lima pengunjukrasa.
Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990, namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, menyatakan orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber alam dan membedakan mereka.
Pada Rabu, mantan pemimpin selatan menyatakan penyatuan wilayah utara dan selatan Yaman gagal dan ia menuduh pemerintah menggunakan kekerasan, yang menyulut gerakan pemisahan di selatan.
"Yang diperlukan sekarang adalah hubungan itu diurai lagi, karena penyatuan, yang kita perjuangkan, telah gagal sepenuhnya," kata mantan Presiden Ali Salem Beidh kepada Radio Sawa, yang didanai Amerika Serikat, seperti disiarkan laman berita stasiun tersebut.
Ketegangan meningkat di Yaman selatan setelah seorang penentang tewas ditembak polisi pada 13 Februari. Kejadian itu menyulut kerusuhan, saat pemberontak membakar pertokoan milik orang utara dan berusaha menutup jalan utama.
Pihak berwenang melakukan gerakan keamanan dan menangkap sekitar 180 orang di sejumlah provinsi selatan.
Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.
Selain menghadapi gerakan pemberontakan di selatan, Yaman, negara termiskin di dunia Arab, juga memerangi pemberontakan Syiah di wilayah utara dan kelompok Alqaida.
Pemberontak utara dan pemerintah menyetujui gencatan senjata untuk mengahiri perang di kawasan tersebut. Sejumlah gencatan senjata sebelumnya tidak berhasil ditegakkan.
(Uu.SYS/B002/H-AK/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010