Jakarta (ANTARANews) - Saya berpandangan, DPR dan partai politik adalah pilar-pilar penting demokrasi, di samping kebebasan pers dan masyarakat madani. Kiprah masing-masing pilar demokrasi ini perlu kita pelihara dengan ketekunan dan kesabaran dengan menghindarkan diri dari desakan nafsu jangka pendek terhadap kekuasaan.

Kita membangun demokrasi bukan untuk saling menghabisi pesaing atau lawan, tetapi untuk berlomba-lomba menciptakan kemakmuran yang berkeadilan.

Belajar dari sejarah di negeri kita sendiri dan negara-negara lain, nafsu berpolitik sempit yang berlebihan dapat menghancurkan cita-cita dan sistem demokrasi itu sendiri. Kita tentu tidak ingin mengulang kesalahan di masa lalu.

Saudara-saudara sekalian, apa hikmah yang bisa kita petik dari perjalanan kontroversi penyelamatan Bank Century ini? Telah terkuak beberapa kelemahan dalam sistem administrasi kenegaraan kita

Kasus ini antara lain menimbulkan kekhawatiran akan terhambatnya proses pengambilan keputusan eksekutif. Muncul kegamangan para pejabat negara untuk bertindak cepat karena tidak ada kepastian hukum dan tingginya resiko politik. Masalah ini harus kita atasi bersama.

Saya juga merasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa saya selama ini saya telah mendapat kesempatan untuk mengabdikan diri pada bangsa dan negara dalam batas-batas kemampuan saya.

Saya berterimakasih kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang telah memberikan kepada saya untuk mendampingi dan membantu beliau sebagai wakil presiden. Saya menganggap jabatan itu sebagai amanah. Saya tidak pernah memandang diri saya sebagai seorang politisi. Saya tidak pernah memperjuangkan sasaran-sasaran politik, kelompok maupun partai-partai tertentu. Dalam melaksanakan tugas saya, pedoman saya selalu kepentingan negara.

Saudara-saudara sekalian, saya harus akui saya tidak pernah memperkirakan sebelumnya bahwa jabatan ini dapat menjadi beban politik bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan beban pribadi bagi keluarga saya.

Berlarut-larutnya persoalan Bank Century telah menyita waktu dan pikiran presiden sehingga sedikit banyak mengganggu konsentrasi beliau dalam melaksanakan mandat rakyat untuk menjalankan pemerintahan.

Saya sadar benar, jabatan saya saat ini adalah jabatan politik. Oleh karenanya, saya harus siap setiap saat menghadapi tantangan-tantangan politik, baik dalam bentuk kritik bahkan hujatan-hujatan.

Saya juga mendengar tekanan bertubi-tubi dari beberapa kelompok agar saya sebaiknya mengundurkan diri. Tuntutan sebagian pihak tersebut saya dengar, tapi bila saya memenuhi tuntutan tersebut saya akan tercatat dalam sejarah sebagai pemimpin yang lari dari tanggung jawab, sebagai pemimpin yang melecehkan kehendak rakyat yang telah memberikan suara. Di samping itu saya tidak akan mengkhianati kepercayaan presiden dan meninggalkan beliau.

Semua ini tidak dimaksudkan untuk mengatakan bahwa saya sebagai wakil presiden tidak dapat dihentikan di tengah jalan. Bila mayoritas wakil rakyat di Majelis Permusyawaratan Rakyat menghendaki dan bila semua ketentuan dalam Undang-Undang Dasar dan peraturan perundangan lainnya terpenuhi, saya siap, apapun keputusan akhir MPR, akan saya patuhi.

Saudara-saudara sekalian, marilah kita tegakkan agar demokrasi kita berkembang dengan leluasa dan mantap. Untuk itu, marilah kita menjaga azas utama yang memberikan penghormatan kepada hak azasi manusia yaitu azas praduga tak bersalah. Marilah kita tidak menjadikan demokrasi kita sebagai arena adu massa dan adu kekuatan dana. Hanya dengan itu kita bisa bekerja bersama untuk membangun masa depan Indonesia yang jaya. Amin yaa rabbal `aalamin.

Wassalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
(T.A025/R018/A041/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010