Kabul (ANTARA News) - NATO mengumumkan kematian dua lagi tentaranya, yang memerangi pejuang Taliban di wilayah genting Afghanistan selatan, membuat jumlah tentara asing tewas di perang itu pada tahun ini menjadi 111 orang.
Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO menyatakan satu tentara tewas akibat serangan bom pada Kamis, yang lain akibat kecelakaan kendaraan.
AFP melaporkan, kebangsaan mereka tidak diumumkan, sesuai dengan kebijakan persekutuan tersebut.
Menurut kantor berita Prancis itu berdasarkan atas penghitungan laman mandiri icasualties.org menyebut jumlah tentara asing tewas di Afghanistan menjadi 111 orang pada 2010.
Pada waktu sama tahun sebelumnya, sekitar 50 tentara tewas, sementara 519 tentara asing tewas dalam perang itu, yang sekarang pada tahun kesembilannya.
Terdapat 121.000 tentara Amerika Serikat dan NATO di Afganistan, ditambah menjadi 150.000 pada beberapa bulan mendatang untuk menempur pejuang, yang perlawanan pimpinan Taliban-nya berpusat di propinsi selatan, terutama Helmand dan Kandahar.
Persekutuan itu merencanakan membasmi pejuang tersebut dalam 12-18 bulan mendatang, sehingga tentara asing dapat mulai ditarik.
Uji pertama rencana penumpasan pejuang itu dilakukan di Helmand, tempat 15.000 tentara pimpinan Amerika Serikat melancarkan Gerakan Gabungan pada 13 Februari untuk merebut wilayah Marjah dan Nad Ali dari Taliban dan juragan candu.
Gagasannya ialah membersihkan pejuang untuk memungkinkan pemulihan pemerintah dan keamanan, sehingga Taliban tidak dalam kembali mengambil-alih kendali, seperti mereka lakukan terus dalam perang panjang.
Tapi, pejabat Afghanistan dan NATO menyatakan kemajuan diperlambat serangan bom dan sesekali perlawanan dari pejuang, meskipun banyak yang sudah menyatu kembali dengan penduduk setempat.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Banyak di antara mereka tewas akibat IED, yang ditanam pejuang Taliban.
Bom rakitan, yang ditanam di jalanan, menjadi penyebab sebagian besar kematian tentara asing itu.
IED (bom rakitan) murah dan mudah dibuat, sebagian besar menggunakan pupuk dan pemicu dari telepon genggam.
Peledak rakitan menjadi "senjata pilihan" Taliban, kata perwira tinggi sandi tentara Amerika Serikat, yang baru-baru ini menyatakan IED merenggut sampai 90 persen jiwa pasukan asing.
Pemimpin tentara menyatakan mencoba mengembangkan cara baru untuk berurusan dengan ancaman IED, tapi mendapati bahwa Taliban sudah mengubah siasat dengan cepat.
IED biasanya buatan sendiri, yang diledakkan oleh kendali jauh dan sering berserakan di jalan dan jalan raya, yang dipakai tentara asing, khususnya di kubu Taliban di provinsi Helmand dan Kandahar.
Pada 2003, pasukan asing dihantam 81 serangan bom rakitan. Jumlah itu meningkat menjadi lebih dari 72.000 pada 2009, kata pejabat sandi NATO. Itu termasuk bom meledak dan yang ditemukan serta dijinakkan.
Pada 2009, kegiatan Taliban di Afghanistan utara dipusatkan pada jalur pasokan perbekalan, yang dibawa truk dari negara Asia Tengah, yang berbatasan dengan Afghanistan.
(Uu.SYS/B002/A/M043/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010
xxx
lanjutkan perjuangan mengusir sang penjajah global!