Solo,1(ANTARA News)- Sisa air dan bunga yang digunakan untuk menjamas cantik perahu Kiyai Rajamala yang pernah digunakan sebagai alat transportasi air di masa Pemerintahan Pakoe Boewono (PB) IV sampai PB IX Raja Keraton Kasunanan Surakarta jadi rebutan para pengunjung.
Jamasan cantik perahu Kiyai Rajamala yang telah disimpan di Museum Radya Pustaka Solo selama 118 tahun, dipimpin oleh KRT Hasto Dipuro dari Keraton Kasunanan Surakarta berlangsung dihalaman Museum Radya Pustaka Solo, Minggu.
Jamasan cantik perahu Kiyai Rajamala yang baru diselenggarakan pertama kali ini mendapat perhatian banyak pengunjung, dan mereka setelah usai jamasan terus saling berebut sisa air yang digunakan jamasan beserta bunganya.
Air yang digunakan untuk menjaman cantik perahu Kiyai Rajamala di ambil dari pertemuan dua Sungai Bengawan Solo, dan dari mata air Pengging, Boyolali.
"Mereka punya kepercayaan dengan cuci muka air sisa jamasan akan membawa berkah atau awet muda. Untuk itu tidak mengherankan kalau sisa air tersebut menjadi rebutan."
Jamasan cantik perahu Kiyai Rajamala diawali dengan keluarnya cantik tersebut dari tempat penyimpanan dengan diiringi nyanyi Kiyai Rajamala seperti ketika dibuat pada tahu 1811.
"Lagu Kiyai Rajamala itu pertama dinyanyikan oleh Putra Mahkota KGPA Adipati Anom sebelum dinobatkan menjadi Pakoe Boewono (PB) V diatas perahu Kiyai Rajamala," kata Ketua Komite Museum Radya Pustaka Winarso Kalinggo.
Panjang perahu waktu itu 59 meter dengan lebar 6,5 meter. Jadi cukup besar ukuran diwaktu itu, dan setelah tidak dipakai lagi terus disimpan di Museum Rdaya Pustaka.
Untuk jamasan ini nantinya akan terus dilakukan setiap tahun pertama di pertengahan bulan Sura, yang mengambil tempat di halaman Musium Radyapustaka.
"Acara jamasan ini selanjutnya akan terus dijadikan kalender tetap pariwisata dan ini semuanya sudah dibicarakan dengan pihak-pihak terkait dan acara seperti ini yang ada juga hanya di Solo dan ini memang pantas untuk disajikan kepada wisatawan baik asing maupun domestik," katanya.
Cantik perahu Kiyai Rajamala di gunakan terakhir secara resmi oleh PB IX yaitu pada acara peresmian pembukaan Pesanggrahan Langen Harjo di daerah pinggiran Kabupaten Sukohaja.
Saat itu juga dipakai untuk pesta kembang api, dan alat transportasi perahu itu dipakai disaat-saat air Sungai Bengawan Solo besar,jelasnya.
Cantik perahu Kiyai Rajamala ini juga pernah dipakai untuk menjemput putri Pamekasan di Puylau Madura oleh PB IV, dan PB VII juga pernah menggunakan untuk menjemput pula Putri Cakraningrat di Bangkalan Pulau Madura.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009
perbuatan syirik akbar bisa membatalkan ikrar Lailahaillalloh dan menghapus amal kebajikan yang pernah diperbuat.