Jakarta (ANTARA) - Tim nasional U-19 Indonesia total melesakkan delapan gol dalam tujuh laga uji coba di Kroasia selama bulan September 2020.
Gol-gol itu mewarnai catatan dua kemenangan, dua imbang dan tiga kekalahan anak-anak asuh Shin Tae-yong tersebut.
Rinciannya, timnas U-19 menang atas Qatar (2-1) dan Dinamo Zagreb (1-0), seri dengan Qatar (1-1) serta Arab Saudi (3-3) lalu kalah dari Bulgaria (0-3), Kroasia (1-7) juga Bosnia-Herzegovina (0-1).
Menariknya, dua dari delapan gol itu hadir dari skema lemparan ke dalam, situasi bola mati yang efektivitasnya kerap dipandang sebelah mata.
Baca juga: Timnas U-19 kejar ketinggalan tiga gol tahan imbang Arab Saudi 3-3
Saat melawan Arab Saudi, gol terakhir timnas U-19 yang dibuat Braif Fatari memang berasal dari assist Witan Sulaeman. Akan tetapi, Witan terlebih dahulu mendapatkan bola dari lemparan ke dalam yang dieksekusi dengan cepat oleh Andi Irfan dalam situasi serangan balik.
Ketika menahan imbang Qatar, timnas U-19 menghasilkan gol dari sundulan Saddam Gaffar yang memanfaatkan dengan baik bola hasil lemparan ke dalam bek kiri Pratama Arhan.
Dua situasi tersebut menunjukkan bahwa lemparan ke dalam menjadi salah satu solusi jitu untuk membuat skor. Sebagai pelatih kelas dunia, Shin Tae-yong pasti menyadari betul hal tersebut.
Baca juga: Gol menit akhir gagalkan kemenangan Timnas U-19 Indonesia atas Qatar
Akademisi Universitas Negeri Yogyakarta Sulistiyono, dalam tulisannya berjudul 'Lemparan ke Dalam Teknik dan Taktik yang Terlupakan pada Permainan Sepak Bola', menyebut bahwa dalam sebuah pertandingan sepak bola, sekitar 70 persen situasi bola mati adalah lemparan ke dalam.
Hitungan kotornya, setiap tim dapat melakukan lebih dari 25 kali lemparan ke dalam pada satu pertandingan. Oleh karena itu, kalau dilatih dengan teknik dan taktik yang baik, peluang untuk membuat gol dari lemparan ke dalam semakin besar.
Klub Liga Inggris Liverpool ialah salah satu klub besar dunia yang sangat memerhatikan kualitas lemparan ke dalam.
Gelar juara Liga Inggris musim 2019-2020 dan Liga Champions 2018-2019 yang diraih Liverpool tak lepas dari keputusan mereka untuk merekrut pelatih khusus lemparan ke dalam bernama Thomas Gronnemark pada tahun 2018.
"Saya sudah sangat lama berada di sepak bola, memikirkan mengapa banyak hal yang tidak berjalan baik dengan lemparan ke dalam, tetapi tidak memiliki solusi untuk itu. Dan sekarang, sangat bagus bagi kami untuk memiliki seorang spesialis. Menarik bagaimana kami berbicara hanya tentang lemparan ke dalam setelah pertandingan," ujar pelatih Liverpool Juergen Klopp, dikutip dari laman resmi Liverpool.
Baca juga: Pratama ungkap lemparan ke dalam spesialnya setelah gol ke Qatar
Thomas Gronnemark sejatinya tidak berlatar sepak bola. Dia besar sebagai atlet lari jarak pendek. Namun, penggemar sepak bola itu mempunyai bakat luar biasa dalam melakukan lemparan ke dalam. Bukan cuma melakukan, Gronnemark dapat merumuskan pengetahuannya dalam sebuah standar yang diciptakannya sendiri.
Tahun 2004, pria asal Denmark berusia 45 tahun itu memberanikan diri terjun ke dunia sepak bola untuk menangani lemparan ke dalam. Enam tahun setelah itu, dia berhasil membuat rekor dunia lemparan dalam sejauh 51,33 meter. Namun, rekor itu dipertajam oleh pesepak bola Amerika Serikat Michael Lewis pada tahun 2019.
Sebelum Liverpool, Gronnemark dipercaya menangani beragam tim di Eropa seperti Ajax Amsterdam, RB Leipzig, Gent dan FC Midtjylland.
Bagi dia, ada tiga elemen dasar agar lemparan ke dalam efektif dalam serangan yaitu long (jauh), fast (cepat) dan clever (cerdas).
Jauh, artinya seorang pelempar diharapkan bisa mengirimkan bola langsung ke dalam kotak penalti. Di sini, bola bisa langsung mengarah ke pemain lain untuk langsung digolkan atau diproses dengan taktik tertentu sebelum bola diarahkan ke gawang.
Di timnas U-19, taktik ini bisa kita lihat saat gol Saddam Gaffar ke gawang Qatar, di mana laga tuntas dengan skor 1-1. Saddam saat itu mengonversi lemparan ke dalam Pratama Arhan menjadi gol. Pratama Arhan memang tampak menonjol dengan lemparan ke dalamnya yang mampu mencapai kotak penalti lawan.
Kemudian, cepat, di mana lemparan ke dalam ditunaikan dengan lekas agar bola terus bergulir dan pemain lawan belum memiliki waktu untuk melakukan penjagaan.
Baca juga: Pelatih Persija puji penampilan Braif Fatari di timnas U-19
Gronnemark menekankan, aliran bola dapat dilakukan dengan cepat ketika lemparan ke dalam karena, sesuai aturan FIFA, tidak ada posisi offside dari situasi tersebut. Di sini, bola dapat didistribusikan ke sisi sayap dan pemain di posisi itu akan memulai ancaman ke kotak penalti.
Praktik ini ditunjukkan timnas U-19 dalam proses gol ketiga yang dibuat Braif Fatari ke gawang Arab Saudi. Seperti sudah disebutkan sebelumnya, dalam skema serangan balik, Andi Irfan melempar bola dengan cepat ke arah Witan Sulaeman yang berlari di sisi sayap. Witan lalu mengoper bola ke depan gawang di mana Braif sudah menunggu.
Terakhir, cerdas, adalah soal di mana pelempar dapat menyesuaikan arah lemparannya dengan pergerakan rekan-rekannya di lapangan. Ini supaya bola sulit direbut lawan.
"Beberapa orang berkata, 'Ah, itu hanya lemparan ke dalam'. Akan tetapi, kehilangan bola dari lemparan ke dalam memiliki konsekuensi yang sama saat anda kehilangan bola di tengah lapangan. Itu dapat mengubah pertandingan secara dramatis," kata Gronnemark.
Terkait siapa pemain yang cocok dijadikan pelempar ke dalam, Gronnemark mengaku dia memang lebih sering melatih dua 'full back' Liverpool Trent Alexander-Arnold dan Andrew Robertson.
Akan tetapi, Gronnemark menekankan pentingnya semua pemain untuk dapat melakukan lemparan ke dalam dengan baik.
"Penting bagi seluruh pemain untuk dapat melakukan lemparan ke dalam, bukan cuma dengan presisi dan jarak yang ideal, tetapi juga dengan kemampuan untuk mengetahui kapan harus melempar dengan cepat, kapan harus menunggu momen dan ruang yang tepat," tutur dia.
Latihan dan latihan
Sampai tulisan ini diturunkan, rekor dunia Guinness World Records untuk lemparan ke dalam terjauh di sepak bola masih digenggam pria Amerika Serikat, Michael Lewis yang membuat lemparan sejauh 59,817 pada tahun 2019.
Meski demikian, dalam urusan membuat lemparan ke dalam, nama Lewis tidak setenar Rory Delap yang mengilap namanya saat membela klub Inggris, Stoke City sejak tahun 2006.
Kiprah Delap sebagai gelandang tertutupi oleh kepiawaiannya dalam melakukan lemparan ke dalam jarak jauh, bahkan sampai sekitar 40 meter. Bakatnya tersebut membantu Stoke City promosi dari Liga Championship ke Liga Inggris musim 2008-2009.
Baca juga: Timnas U-19 lanjutkan pemusatan latihan di Kroasia
Berdasarkan Skysports, seperempat dari 38 gol Stoke City di Liga Inggris 2008-2009 bermula dari lemparan ke dalam yang dilakukan Delap. Itu membantu mereka duduk di peringkat ke-12 klasemen akhir.
Pelatih Arsenal di musim itu, Arsene Wenger, bahkan dibuat sangat frustrasi dengan lemparan ke dalam Delap yang membuat The Gunners kalah 2-1 saat kedua tim bersua di kandang Stoke City, Stadion Britannia. Padahal, Arsenal membukukan 71,9 persen penguasaan bola dalam pertandingan itu.
"Lemparan ke dalam itu menjadi keuntungan yang sedikit tidak adil. Dia (Delap) menggunakan kekuatannya yang tidak biasa disebut 'kekuatan' dalam sepak bola," ucap Wenger mengomentari kemampuan Delap.
Rekan Delap di Stoke City, Liam Lawrence mengungkapkan alasan di balik jitunya lemparan ke dalam Delap sejatinya adalah latihan.
Stoke City rutin berlatih bola mati baik itu lemparan ke dalam, tendangan bebas, tendangan sudut dan lainnya. Itu membuat semua pemain sudah fasih dengan tugasnya masing-masing kala situasi itu terjadi.
"Kami melatih bola mati termasuk lemparan ke dalam pada hari Selasa, Kamis dan Jumat. Setiap pemain mengetahui tugasnya, apakah mereka harus berada di dekat tiang gawang, di sekitar pemain bertahan lawan atau tetap di posisi aslinya," kata Lawrence kepada Skysports.
Baca juga: Shin tegaskan masih mencari skuat inti timnas U-19
Apa yang dimaksudkan oleh Lawrence jelas. Lemparan ke dalam Delap tidak akan berarti kalau para pemain lain tidak mengerti apa yang mesti dikerjakan saat pemain berkewarganegaraan Irlandia itu mulai melambungkan bola dari luar garis lapangan. Latihan dan terus latihan adalah kuncinya.
Berkaca dari sana, tim nasional U-19 Indonesia mempunyai modal besar untuk menjadikan lemparan ke dalam sebagai salah satu senjata mematikan.
Skuat yang disiapkan untuk Piala Asia U-19 dan Piala Dunia U-20 tahun 2021 itu memiliki pelempar jauh dalam diri Pratama Arhan. Kemudian, para pemain yang ada terlihat sanggup untuk memahami taktik sepak bola dari Shin Tae-yong.
Andai terus mengasah kemampuan lemparan ke dalamnya, timnas U-19 akan bertransformasi menjadi skuat dengan banyak pilihan metode untuk menghadirkan gol dan, tentunya, meraih kemenangan.
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2020