Selama 10 tahun Srimadona tutup, saya fokus ke usaha bengkel sepeda motor
Padang (ANTARA) - Siang itu Amrizal (60) sedang sibuk mengaduk adonan roti bersama enam orang karyawannya di pabrik yang berlokasi di Simpang Apar, Pariaman Utara, Kota Pariaman, Sumatera Barat.
Kendati sudah tujuh bulan pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) berlangsung yang banyak memukul sektor UKM berakibat sepinya penjualan, ia bersyukur usaha rotinya dengan merek Srimadona tidak terdampak.
Setiap bulan ia tetap dapat memproduksi 100 ribu roti jenis malabar dengan lima varian rasa, yaitu malabar mentega, malabar coklat, malabar kelapa, malabar strawberi dan malabar nenas hingga roti kering.
Bahkan Usaha roti miliknya tetap bertahan dengan omzet penjualan sebulan mencapai Rp50 juta. Dalam sehari ia mampu memproduksi 5.000 bungkus roti dari dapur roti Srimadona.
Untuk satu roti, dijual seharga Rp750 dan dengan produksi yang banyak ia pun dapat membantu sanak saudara dan masyarakat sekitar untuk bekerja membuat roti di pabrik miliknya.
Enam karyawan yang kini bekerja masih anggota keluarganya dan ikut membantu pemasaran roti.
Pasar roti Srimadona ini tidak hanya di Kota Pariaman , tapi juga di sekitar Padang Pariaman sampai ke Lubuk Basung," ujarnya.
Usaha roti Srimadona dimulai pada 1975 dan didirikan oleh Akirman (90) dan almarhumah Nusiar yang merupakan orang tua Amrizal.
Sejak 1988, usaha roti Srimadona kemudian dikelola oleh Amrizal, yang merupakan anak pertama dari 12 bersaudara.
Sebelum mengelola usaha roti Srimadona, Amrizal punya usaha bengkel sepeda motor. Namun karena amanat orang tua untuk mempercayakan dirinya melanjutkan usaha roti Srimadona, ia pun memilih menjalankan amanat tersebut.
Meski begitu, tidak mudah untuk mengembangkan usaha roti Srimadona. Bahkan, pada era reformasi 1998, usaha roti Srimadona bangkrut karena krisis moneter yang berdampak kepada melonjaknya harga bahan baku seperti tepung yang mencapai lebih dari 100 persen, sementara harga roti di pasaran tidak naik.
Tidak hanya bangkrut, Amrizal juga mengatakan dampak dari krisis moneter tersebut membuat ia terpaksa menutup usaha roti Srimadona. Usaha roti Srimadona baru kembali dibuka pada 2008, setelah ekonomi mulai stabil usai reformasi.
"Selama 10 tahun Srimadona tutup, saya fokus ke usaha bengkel sepeda motor," katanya.
Saat itu selain meneruskan usaha orang tua ia tetap pengelola bengkel.
Karena itu merupakan usaha yang saya rintis sejak nol. Alhamdulillah, sampai sekarang bengkel sepeda motor saya yang berada di Simpang Apar itu masih eksis," ujarnya.
Baca juga: Sebanyak 127.361 pelaku usaha mikro Sumbar dapat bansos PEN
Binaan Semen Padang
Sebelum dilanda badai krisis moneter usaha roti Srimadona cukup berkembang. Bahkan dalam sehari, pabrik roti Srimadona bisa memproduksi sekitar 2.000 roti.
Perkembangan usaha roti itu tidak terlepas dari dukungan CSR PT Semen Padang yang memberikan pinjaman modal usaha sebesar Rp6,5 juta pada 1996.
Uang sebesar Rp6,5 juta yang nilainya cukup besar ketika itu, dimanfaatkan untuk memperbesar tungku pembakaran roti, seiring meningkatnya permintaan roti di pasaran.
Namun sayang, belum sampai dua tahun menjadi binaan CSR Semen Padang, krisis moneter melanda usahanya.
"Saya kesulitan membayar cicilan pinjaman ke CSR Semen Padang. Cicilan baru saya lunasi pada awal tahun 2000 . Setelah pabrik roti Srimadona kembali dibuka pada 2008, saya pun harus berjuang keras untuk membuat usaha roti Srimadona kembali eksist seperti sebelumnya," katanya.
Perlahan-lahan namun pasti, pabrik roti Srimadona milik ayah enam orang anak itu kembali bangkit.
Pada 2013, Amrizal kembali mengajukan pinjaman ke CSR Semen Padang sebesar Rp30 juta. Permohonan pinjamannya disetujui dan dimanfaatkan unuk membeli bahan baku dan kebutuhan pabrik roti Srimadona.
Terhitung sejak 1996 hingga sekarang, sudah empat kali ia dapat pinjaman modal usaha dari Semen Padang.
Terakhir tahun 2018, saya dapat pinjaman modal sebesar Rp70 juta. Alhamdulillah, saya bersyukur sekali bisa menjadi bagian dari UMKM binaan CSR Semen Padang," ungkap suami dari Nursida itu.
Sejak menjadi UMKM binaan CSR Semen Padang, tambah Amrizal, tidak hanya pinjaman modal usaha yang didapat, tapi dirinya juga mendapat pembekalan tentang pengelolaan manajemen usaha, termasuk manajemen keuangan.
Dan berkat dari pembekalan tersebut, kemajuan usahanya sejalan dengan peningkatan asetnya.
"Alhamdullah, berkat jadi binaan CSR Semen Padang, usaha saya berkembang. Bahkan, saya sudah punya aset berupa dua bidang tanah di kawasan Simpang Apar dan Tanjung Saba, Kota Pariaman.
"Kemudian di samping itu, saya juga berhasil menyekolahkan semua anak saya sampai sarjana," katanya.
Baca juga: UKM binaan PNM tembus omset Rp95 juta/bulan
Program CSR
PT Semen Padang melalui program tanggung jawab sosial perusahaan rutin membantu pengembangan UKM lewat bantuan modal bergulir.
Kepala Bidang Pemberdayaan Ekonomi unit CSR PT Semen Padang Satrio Rian Bhakti menyebutkan hingga saat ini pihaknya sudah membantu 18 ribu UKM.
Dari 18 ribu UKM yang aktif dibina dan diberikan pinjaman modal saat ini sekitar 1.400 UKM di seluruh Sumbar.
Ia menyebutkan skala pinjaman modal yang diberikan mulai dari Rp5 juta hingga Rp200 juta.
Untuk bisa mendapatkan pinjaman modal dari PT Semen Padang minimal usaha sudah berjalan enam bulan dibuktikan dengan SIUP dan SITU serta belum pernah mengajukan pinjaman ke bank dan ada agunan.
"Setiap UKM yang menjadi mitra akan diberikan pelatihan soal menjalankan usaha mulai dari produksi, pemasaran hingga keuangan," kata dia.
Ia mengakui dengan adanya pandemi membuat banyak UKM terdampak membuat mitra binaan juga terkendala membayar cicilan pinjaman.
"Sesuai arahan bapak presiden kami memutuskan ada kesepakatan untuk penundaan cicilan hingga satu tahun," katanya.
Menurutnya hampir semua mitra binaan terdampak dan untuk menyiasati usaha tetap berjalan ada yang mengalihkan usaha misalnya dengan membuat masker.
Baca juga: Semen Padang targetkan bina 500 UMKM baru
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020