Ola Basa (41), seorang warga Desa Oring Bele, Kecamatan Witihama yang dikontak dari Kupang pada Kamis mengatakan, warga enggan menggunakan zat kimia untuk membasmi hama keong, karena ada beberapa warga yang sudah mencobanya, hama bukannya berkurang, tetapi malahan bertambah banyak.
"Karena itu, lebih banyak warga yang memilih `pa`u mang` yakni memberikan sesajian di tengah ladang, dimaksudkan untuk memberikan makan dan minum kepada penguasa langit dan bumi," katanya, dan menambahkan, biasanya setiap petani memilih sebuah lokasi khusus, biasanya di bawah pohon atau di atas susunan bebatuan untuk meletakkan sesajian.
Sesajian itu, kata dia, terdiri atas masakan semua jenis pangan yang ada di ladang dan ada menu khusus yang diniatkan untuk penguasa langit dan bumi, misalnya ada daging ayam jantan atau ikan laut yang khusus dipilihkan untuk persembahan kepada penguasa langit dan bumi yang kami sebut dengan "rera wulan tanah ekan".
Persembahan ini, katanya, biasanya dilakukan pada setiap musim tanam dan musim panen, tetapi ada warga yang mengabaikan ritual ini, sehingga penguasa langit dan bumi menimpakan bencana dalam bentuk hama. Hama ini tidak hanya berupa keong, tetapi juga tikus, belalang atau bahkan kemarau panjang.
Bagi petani yang telah menyajikan persembahan pada saat musim tanam dimulai tetapi tetapi tanaman terserang hama, menurut dia, wajib melakukannya lagi, untuk meminta pertolongan dari penguasa langit dan bumi untuk mengusir hama.Pada awal tahun 1980-an tanaman pangan warga di wilayah itu juga pernah diserang hama belalang kembara dan sebelumnya lagi, hama tikus.
Warga, katanya, tetap melakukan hal serupa yakni "pa`u mang" untuk mengusir hama tikus atau belalang. Di beberapa kampung, selain menyajikan persembahan khusus di ladang, juga menggelar upacara khusus "mengantar" hama ke laut, karena warga yakin bala bencana itu datang dari arah laut.
Dia mengatakan, banyak warga melihat belalang terbang dalam jumlah banyak dari arah laut, demikian juga tikus dan tahun ini keong. Seorang anggota DPRD Kabupaten Flores Timur dari PDIP, Polykarpus Kopong Belolo yang dikontak pun mengaku, baru kembali dari melakukan kunjungan ke daerah itu dan menyaksikan hama keong menyerang tanaman jagung.
Penduduk, kata dia, khawatir jika serangan hama keong berlanjut maka bisa mengancam tanaman jagung dan menyusul kacang hijau dan kacang tanah, yang baru ditanam setelah jagung hampir berbunga.
Masyarakat di wilayah itu mengandalkan jagung, kacang hijau dan kacang tanah, sehingga ia meminta pemerintahan Bupati Flores Timur Simon Hayon memberikan perhatian atas hama yang menyerang tanaman pangan masyarakat.
(T.K006/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010