Jakarta (ANTARA) - Film dokumenter Netflix "The Social Dilemma" telah memicu perbincangan tentang dampak media sosial terhadap kehidupan dan kesehatan mental, dan Facebook menyebut film itu "mengubur substansi dalam sensasionalisme."
Dalam artikel berjudul "What 'The Social Dilemma' Gets Wrong," dikutip dari Cnet, Minggu, Facebook mengeluhkan pembuat film tidak memasukkan pandangan dari karyawan yang saat ini masih bekerja di perusahaan teknologi tersebut, atau dari orang-orang yang memiliki sudut pandangan alternatif.
"Alih-alih menawarkan pandangan yang berbeda pada teknologi, film ini memberikan pandangan yang menyimpang tentang bagaimana platform media sosial bekerja untuk menciptakan kambing hitam yang nyaman untuk masalah masyarakat yang sulit dan kompleks," tulis Facebook.
"Mereka yang tidak mengakui -- secara kritis atau sebaliknya -- upaya yang telah diambil oleh perusahaan untuk mengatasi banyak masalah yang mereka angkat. Sebaliknya, mereka bergantung pada komentar dari mereka yang belum pernah berada di dalam (industri) selama bertahun-tahun," lanjut Facebook.
Facebook kemudian menyebutkan daftar hal-hal yang menurutnya "salah." Terkait masalah kecanduan media sosial, Facebook mengatakan "Tim produk News Feed kami tidak diberi insentif untuk membuat fitur yang meningkatkan waktu untuk dihabiskan pada produk kami. Sebaliknya, kami ingin memastikan bahwa kami menawarkan nilai kepada orang-orang, bukan hanya mendorong penggunaan."
Facebook menunjukkan contoh tahun 2018 ketika mengubah peringkat News Feed-nya untuk memprioritaskan "interaksi sosial yang bermakna" daripada hal-hal lain, seperti video viral.
Perusahaan media sosial tersebut mengatakan film dokumenter itu menyebabkan penurunan 50 juta jam sehari di platform-nya.
Selanjutnya, Facebook membantah gagasan bahwa pengguna adalah produknya, dengan menyatakan, "Facebook didanai oleh iklan sehingga tetap gratis untuk orang-orang."
Facebook juga membela diri dengan penggunaan algoritme, bahwa teknologi tersebut "menjaga platform tetap relevan." Perusahaan media sosial itu bahkan mengatakan platform lain juga menggunakan algoritme tersebut, termasuk Netflix.
Masalah lain yang dibantah Facebook adalah bagaimana Facebook menggunakan data, serta dugaan perannya dalam berkontribusi pada polarisasi dan menyebarkan informasi yang salah.
Sementara itu, Netflix tidak segera menanggapi permintaan Cnet untuk berkomentar.
Diskusi seputar teknologi dan kesehatan mental telah mendorong banyak perusahaan teknologi besar untuk meluncurkan langkah-langkah yang dirancang untuk mengekang kecanduan teknologi.
Platform media sosial seperti Instagram dan Facebook mulai uji coba menyembunyikan "like" setelah dikritik karena dapat memicu kecemasan dan depresi.
Sementara, Apple, Google dan Facebook juga telah meluncurkan alat untuk menjaga kesehatan yang bertujuan membantu pengguna memantau waktu yang mereka habiskan pada layar ponsel mereka.
Baca juga: Bos Facebook, Twitter akan bersaksi di depan Senat AS
Baca juga: Facebook larang iklan yang mendiskreditkan pemilu
Baca juga: Facebook hadirkan perpesanan lintas platform Instagram dan Messenger
Penerjemah: Arindra Meodia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020