Jakarta (ANTARA News) - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5 persen karena dipandang konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi tahun 2010 dan 2011 sebesar 5 plus minus 1 persen, demikian Kepala Biro Hubungan Masyarakat BI Difi A Johansyah kepada pers di Jakarta, Kamis.

Keputusan ini dipandang kondusif bagi upaya memperkuat proses pemulihan perekonomian, stabilitas keuangan, dan intermediasi perbankan, kata Difi.

Dewan Gubernur berpendapat, pemulihan ekonomi domestik terus berlangsung dan cenderung lebih baik dari perkiraan awal tahun.

Disamping konsumsi swasta yang terus meningkat, kinerja ekspor mulai mencatat pertumbuhan positif karena semakin membaiknya prospek pemulihan ekonomi dunia.

Peningkatan ekspor tidak hanya terjadi pada komoditas pertambangan dan pertanian, tetapi juga ekspor komoditas manufaktur, baik ke negara-negara Asia maupun ke Amerika Serikat.

Perbaikan kinerja sektor eksternal juga tercermin dari surplus transaksi berjalan pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang cukup besar, sementara arus modal masuk juga relatif besar sejalan dengan cukup kuatnya keyakinan investor internasional terhadap kondisi fundamental perekonomian domestik yang membaik.

Dengan perkembangan ini, cadangan devisa Indonesia sampai akhir Februari 2010 mencapai 69,7 miliar dolar AS atau setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Sementara inflasi Februari 2010 turun sejalan dengan meredanya tekanan inflasi yang bersumber dari volatile food (terutama beras), minimalnya tekanan inflasi dari biaya administered, serta terjaganya ekspektasi inflasi.

Di sektor keuangan, stabilitas sistem perbankan tetap terjaga di mana pertumbuhan kredit pada 2010 diperkirakan kembali terakselerasi sebagaimana tercermin dari rencana bisnis bank.(*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010