"Didasarkan pada pemandangan fraksi di Rapat Paripurna DPR, terlihat jelas Opsi C `di atas angin` karena meraih dukungan 300 kursi atau 54 persen dibanding Opsi A yang mendapat dukungan 176 kursi atau 31 persen," kata peneliti senior Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi di Jakarta, Rabu.
Rekomendasi opsi C menyebutkan bahwa pemberian fasilitas pinjaman jangka pendek (FPJP) dan penyertaan modal sementara (PMS) bagi Bank Century bermasalah atau terjadi pelanggaran.
Namun, ia menegaskan, bukan tidak mungkin ada kejutan pada keputusan DPR jika dilakukan mekanisme dengan voting terbuka atau voting tertutup, karena masing-masing individu belum tentu mempunyai keputusan yang sama dengan fraksinya.
"Pandangan fraksi belum menggambarkan seutuhnya dari pilihan personal, Jadi masih mungkin ada kejutan, apalagi di setiap fraksi ada faksi-faksi yang saling berbeda pendapat," katanya.
Namun jika dilakukan dengan sistem voting blok berdasarkan suara fraksi maka Opsi C secara jelas akan memenangkan pertarungan, walaupun Fraksi PAN dan PPP kemungkinan akan memilih Opsi A.
"Untuk memenangkan pertarungan maka minimal harus merebut 281 kursi atau 50 persen plus satu sehingga pendukung Opsi A tinggal mencari tambahan 21 kursi karena jika PAN dan PPP bergabung dengan Demokrat dan PKB maka jumlah kursi sudah 260," katanya.
Tambahan dukungan 21 kursi, menurut Burhanuddin sangat mungkin diraih karena suara di Golkar dan PKS tidak solid 100 persen.
"Kubu Golkar dan PKS tidak monolitik atau homogen sehingga masih mungkin ada peluang sebagian angggota mendukung Opsi A," katanya.
Ia menjelaskan, di Golkar ada faksi Agung Laksono yang mendukung Opsi A daripada Opsi C karena Agung merupakan tangan kanan SBY dan punya kepentingan untuk menjaga Golkar tetap pada kolaisi.
Menurut Burhanuddin, pada waktu krusial menjelang voting maka dimungkinkan terjadi lobi eceran di tingkat individu yang akan melengkapi lobi grosiran di tingkat elite partai.
"Perbedaan opsi tak terlalu lebar, sehingga masih terbuka kemungkinan Demokrat akan membuat kejutan dengan berhasil melobi individu anggota DPR," katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, lima fraksi yakni Golkar, PDIP, PKS, Gerindra, dan Hanura menyatakan memilih Opsi C yaitu menyatakan pemberian fasilitas pinjaman jangka pendek (FPJP) dan penyertaan modal sementara (PMS) bagi Bank Century bermasalah, dalam Rapat Paripurna DPR di Jakarta, Rabu.
Sementara itu Fraksi Demokrat dan dan FKB memilih Opsi A yaitu menyatakan pemberian FPJP dan PMS tidak bermasalah karena dilakukan untuk mencegah krisis dan sudah sesuai peraturan perundang-undangan. Sedangkan Fraksi PAN dan Fraksi PPP tidak jelas menentukan opsi pilihannya.
Dengan demikian, sebagian besar fraksi dalam Rapat Paripurna DPR itu tetap pada sikapnya yaitu mengganggap ada pelanggaran dalam pengucuran dana talangan (bailout) untuk Bank Century senilai Rp6,7 triliun.
Melihat komposisi kursi maka posisi Opsi C masih lebih unggul karena meraup dukungan 300 kursi di DPR yaitu dari Fraksi Golkar (106), PDIP (94), PKS (57), Gerindra (26) dan Hanura (17). Sementara dukungan atas Opsi A hanya 176 kursi yaitu Fraksi Demokrat (148), PKB (28).
Jika fraksi yang belum secara tegas menyatakan pilihan opsi dengan dukungan 84 kursi yaitu PAN (46) dan PPP (38), ikut bergabung dengan Opsi A maka hanya jumlahya hanya tercapai 260 kursi atau masih kalah suara dibanding Opsi C yang di atas kertas akan memperoleh 300 suara.
(T.B013/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010