Jakarta (ANTARA) - Mantan petinju Mike Tyson mengatakan dirinya rela jika harus melepaskan rekor juara dunia kelas berat termuda yang hingga saat ini masih dipegang atas namanya.
Tyson yang memulai karier profesionalnya sebagai petinju pada usia 18 tahun itu resmi menyandang status juara dunia kelas berat termuda pada usianya yang masih 21 tahun. Sabuk juara WBC itu didapatkannya setelah ia menundukkan Trevor Berbick pada 1986 silam lewat TKO di ronde kedua.
Dalam acara bertajuk “Life Lessons from the Champ” bersama Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Susi Pudjiastuti, Jumat, Tyson mengaku akan menghormati siapa pun yang berhasil memecahkan rekornya itu.
Baca juga: Susi Pudjiastuti akan berbagi kisah dengan Mike Tyson
“Rekor memang ada untuk dipecahkan. Jadi siapapun di dunia ini yang memecahkan rekor saya, saya akan menghormatinya,” kata Tyson.
Setelah menyabet gelar juara dunia, karier Tyson berkembang pesat hingga ia berhasil menjadi petinju pertama di kelas berat yang secara bersamaan memegang sabuk juara WBA, WBC, dan IBF. Ia juga kini mencatatkan rekor 50 kali menang, dengan 44 di antaranya TKO, serta lima kali kalah.
Kepada Susi ia mengaku bahwa sederet prestasinya itu diraih karena dedikasinya yang luar biasa sebagai petinju.
Baca juga: Holyfield ikuti Mike Tyson unggah video latihan
“Saya meraihnya berkat dedikasi penuh saya ke tinju. Saya tidak punya pacar juga tidak punya banyak teman. Saya dedikasikan hidup saya sepenuhnya ke tinju,” ungkapnya.
Namun prestasinya di dunia tinju terjun bebas setelah dia terjerat hukum akibat masalah-masalah pribadinya hingga akhirnya dipenjara selama tiga tahun.
Meski banyak menuai kontroversi, karier Tyson sebagai petinju berlanjut hingga tahun 2005 saat ia menyerah TKO di ronde 7 atas Kevin McBride.
Teranyar, ia siap kembali naik ring untuk pertarungan ekshibisi untuk mengumpulkan dana amal, meski di usianya yang 54 tahun. Rencananya, ia akan berhadapan dengan Ro Jones Jr pada 28 November mendatang
Baca juga: Mike Tyson naik ring tinju lagi
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2020