“Kami telah meminta seluruh perwakilan RI di luar negeri untuk dapat membeli batik hasil produksi UMKM sebagai promosi perwakilan. Hingga saat ini telah berhasil diperoleh komitmen senilai Rp1,6 miliar,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam “Perayaan Hari Batik Nasional 2020” secara daring, Jumat.
Menurut Retno, upaya tersebut dilakukan guna merespons tantangan berat untuk memajukan penghidupan para perajin batik Indonesia, terutama pada masa pandemi.
“Pandemi COVID-19 telah berdampak pada industri batik Tanah Air. Permintaan menyusut signifikan, banyak perajin berhenti berproduksi, dan banyak workshop terpaksa ditutup,” tutur dia.
Padahal berdasarkan data Kementerian Perindustrian pada 2019, industri batik Indonesia didominasi oleh UMKM yang jumlahnya mencapai 47 ribu unit usaha dan menyerap lebih dari 200 ribu tenaga kerja.
Karena itu, Retno berharap semua pihak dapat berperan maksimum untuk mempererat kolaborasi, bahu-membahu guna memulihkan kembali industri batik dan ekonomi para perajinnya.
Sejak batik diakui sebagai warisan budaya dunia oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada 2009, Kemlu RI terus mempromosikan batik Indonesia ke masyarakat internasional.
Dalam banyak kesempatan, diplomat-diplomat Indonesia mengenakan pakaian batik dan kain Nusantara lainnya untuk merawat, melestarikan, dan mengenalkan salah satu kekayaan bangsa tersebut.
Tahun lalu, saat Indonesia memegang presidensi Dewan Keamanan PBB, hampir seluruh delegasi negara yang hadir juga mengenakan batik.
“Kesediaan delegasi negara-negara sahabat mengenakan batik Indonesia adalah wujud penghormatan dan contoh konkret diplomasi batik Indonesia,” kata Retno.
Baca juga: Indonesia kuasai pasar batik dunia
Baca juga: Barbie luncurkan koleksi batik pertama di dunia
Baca juga: Selebritas dunia yang kepergok kenakan batik
Kreasi batik motif COVID-19 dari penyandang difabel
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020