"Karena, agenda paripurna ditetapkan dan disepakati di awal paripurna oleh paripurna sudah begitu," ujarnya kepada ANTARA News, beberapa saat jelang rapat paripurna hari kedua, Rabu, di Gedung DPR, Jakarta.
Oleh karena itu, menurut politisi yang mengawali karir sebagai artis itu, kalau ada permintaan perubahan agenda, seharusnya dari awal danbukan di akhir, sehingga tidak terjadi silang pendapat berkepanjangan.
"Kami tetap menyatakan, tidak ada yang salah dari Pak Marzuki Alie, dan beliau tetap akan pimpin sidang paripurna pagi ini," ujarnya.
Sementara itu, anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB), Lily Wahid, menilai bahwatindakan Marzuki Alie saat memimpin sidang paripurna hari pertama itu tidak demokratis.
"Karena, kepada teman-teman Fraksi Partai Demokrat (FPD) memberi novum diterima, sementara yang lain mau bicara tidak dilayani, malah langsung diketuk palu," ujarnya.
Ia menilai,anggota DPRtidak boleh mencari kebenaran dengan menutup dialog.
Secara terpisah,anggota Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Akbar Faisal, menilai bahwa Marzuki Alie sebetulnya sudah kehilangan legitimasi sebagai Ketua DPR.
"Karena itu, lepas dari segala kelebihannya dan ketokohannya, FPD sebaiknya segeralah mencari alternatif penggantinya," usul Akbar.
Sementara itu,Harry Azhar Aziz dari Partai Golkar mengemukakan bahwa inti demokrasi itu dialog, dan Marzuki Alie telah menutup dialog saat mengetukkan palusebagai tanda akhirsidang di hari Selasa.
"Karena itu, ketika dia menutup dialog, itu berarti menghilangkan substansi demokrasi. Kan tidak boleh mencari kebenaran dengan menutup dialog," tegasnya.
Intinya, menurut Harry Azhar Aziz, tindakan Marzuki Alie kemarin kurang etis, karena menutup dialog.
(T.M036/P003)
Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010