"Saya tidak mau terlalu berasumsi corona sangat membahayakan sehingga pagi, siang, sore, malam saya harus bicara masalah COVID-19, sehingga orang kecil takut mencari sesuap nasi," kata Sri Sultan seusai menjamu Kepala Staf Kepresidenan Jenderan TNI (Purn) Moeldoko di Keraton Kilen, Yogyakarta, Jumat.
"Saya khawatir masyarakat Yogyakarta nanti berada di jalan dan mengatakan Bapak Gubernur, kami lapar. Saya tidak mau itu terjadi," kata Raja Keraton Yogyakarta ini lagi.
Dalam kondisi masa adaptasi kebiasaan baru saat ini, Sultan meminta masyarakat benar-benar menerapkan protokol kesehatan.
Pemda DIY, menurut Sultan, tidak dapat melarang warganya untuk bepergian ke luar wilayah. Sebaliknya, juga tidak bisa menutup diri dari kehadiran para pendatang.
"Kita jangan terlalu bombastis bicara masalah corona yang akhirnya juga justru memberikan kondisi pada masyarakat stress. Itu kan juga risikonya gede untuk antibodi," kata dia.
Baca juga: Pemda DIY pilih pengendalian COVID-19 secara proporsional
Sultan meyakini masyarakat tidak akan terpapar COVID-19 seandainya bersedia di rumah saja. Namun, hal itu sulit dilakukan karena, menurutnya, manusia pada umumnya tidak tahan hanya berdiam diri di rumah.
"Nah ke luar dari rumah itu, karena tidak hati-hati bisa akhirnya positif," kata Ngarsa Dalem.
Menurut Sultan, pelacakan kontak erat merupakan hal penting untuk menekan penyebaran COVID-19.
Oleh sebab itu, dengan mencatat data pribadi setiap tamu hotel maupun pengunjung destinasi wisata, diharapkan dapat memudahkan pelacakan apabila muncul kasus penularan di DIY.
"Kita punya data pribadi orang yang masuk hotel maupun tempat wisata," kata dia.
Baca juga: Pemda DIY terima bantuan ribuan APD untuk penanganan COVID-19
Baca juga: Pemda DIY perketat pengawasan pemudik dari DKI Jakarta
Baca juga: Pemda DIY: Percayakan obat COVID-19 dari sumber resmi
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2020