"Melalui Kuklik Batik, perangkat pasar digital kain batik Indonesia dari sentra batik se-nusantara dipasarkan secara luas dan tidak hanya lokal tapi juga internasional," kata Ketua Dewan Pembina Yayasan Tjanting Batik Nusantara Pheo M. Hutabarat saat diskusi virtual terkait Hari Batik Nasional yang dipantau di Jakarta, Jumat.
Kuklik Batik, ujar dia, hanya berkomitmen memasarkan tiga jenis kain batik yang telah dikurasi. Pertama, Batik Cap, Batik Cap Tulis dan Batik Tulis Halus.
"Semua produk tersebut sepenuhnya melibatkan tangan mahakarya anak bangsa," katanya.
Baca juga: Bisnis batik di Kota Malang lesu terhantam pandemi COVID-19
Baca juga: Batik Tulis Singkawang mampu tembus pasar Sarawak
Ia mengatakan Kuklik Batik tidak memasarkan batik printing atau batik cetak maupun tekstil motif batik. Produk tekstil batik printing menggunakan teknologi mesin bukan tangan manusia yang selama ini diklaim sebagai kain batik.
Hal tersebut telah menyalahi makna batik sebagai warisan budaya yang proses pembuatannya dilakukan sesuai makna kain batik itu sendiri.
Pheo mengatakan pandemi COVID-19 telah membawa dampak yang signifikan bagi sendi-sendi kehidupan tidak terkecuali aspek ekonomi salah satunya industri batik.
Saat ini UMKM batik sedang dilanda krisis ekonomi. Cara lama pameran atau eksibisi batik tidak lagi bisa diandalkan terutama dalam situasi saat kini.
Sebagai wujud nyata dalam memberikan solusi atas keterbatasan pemasaran kain batik, maka Yayasan Tjanting Batik Nusantara dengan sejumlah pihak meluncurkan Kuklik Batik tersebut.
Secara etimologi, kata batik berasal dari Bahasa Jawa dengan dua suku kata yakni "amba" dan "tik" atau "nitik". Amba berarti menulis, lebar atau luas dan tik atau nitik berarti titik.*
Baca juga: Hari Batik Nasional, Annisa Pohan kasih endorse gratis pengrajin batik
Baca juga: Rerie: Jadikan Hari Batik Nasional momentum kebangkitan produk lokal
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020