digitalisasi pasar di Manado merupakan upaya memperluas cakupan perusahaan teknologi itu di wilayah Indonesia bagian timur.
Jakarta (ANTARA) - Platform pembayaran digital OVO menginisiasi digitalisasi Pasar Bersehati Manado, Sulawesi Utara, dengan mengimplementasikan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) untuk mendukung transaksi minim kontak di pasar tradisional.
"Kami hadir di Manado untuk mendukung program digitalisasi pasar. Mudah-mudahan ini berlangsung di daerah lain juga," kata Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra dalam kegiatan digitalisasi Pasar Bersehati, Manado yang ditayangkan secara virtual, Jumat.
Karaniya menuturkan digitalisasi pasar di Manado merupakan upaya memperluas cakupan perusahaan teknologi itu di wilayah Indonesia bagian timur. OVO memiliki hampir 650 ribu merchant di 373 kota seluruh Indonesia, dan 10 persennya di Indonesia bagian tmur.
Baca juga: Adaptasi digital cepat diserap masyarakat selama pandemi
"Mudah-mudahan angka 10 persen ini bisa kami tingkatkan terus. Manado sendiri kota kedua terbesar di Indonesia bagian timur di mana kami hadir cukup besar," katanya.
Menurut Karaniya, OVO ingin memanfaatkan kapabilitas teknologi yang dimilikinya untuk ikut berkontribusi dalam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Ia percaya salah satu kunci dari pemulihan ekonomi nasional adalah membantu pelaku UMKM untuk mengadopsi teknologi digital untuk menjaga dan meningkatkan perputaran transaksi, salah satunya melalui QRIS karena dapat meminimalisir pembayaran nonfisik di tengah kegiatan ekonomi yang harus berjalan.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mendukung penuh komitmen OVO untuk bersinergi dengan pemerintah dalam upaya meningkatkan protokol kesehatan di pasar tradisional.
"Sesuai arahan Presiden, kami ingin mewujudkan pemberdayaan dan meningkatkan protokol kesehatan di tengah aktivitas perdagangan," katanya.
Baca juga: BI dorong bank dan fintech bermitra dukung ekonomi digital inklusif
Jerry menuturkan pandemi memberi dampak ke semua sektor kehidupan, termasuk perdagangan. Namun, berjalannya sektor perdagangan tetap harus mengutamakan protokol kesehatan.
"Ini tantangan, dan salah satu solusi konkretnya kita menerapkan digitalisasi pasar yang meminimalisir kontak fisik sehingga potensi penularan Covid-19 bisa direduksi," katanya.
Jerry berharap digitalisasi Pasar Bersehati di Kota Manado bisa jadi contoh bagi daerah-daerah lain di Indonesia Timur untuk mulai melaksanakan digitalisasi pasar guna menekan penyebaran Covid-19.
Walikota Manado Vicky Lumentut mengapresiasi atensi dan dukungan dari Kementerian Perdagangan serta OVO, dalam mendigitalisasi pasar tradisional. Sebagai salah satu pusat kegiatan ekonomi masyarakat, Pasar Bersehati menjadi salah satu sentra pergerakan ekonomi Manado.
"Kami selalu mengedukasi pentingnya menjaga protokol kesehatan dalam berkegiatan di pasar. Semoga kegiatan ini menjadi awal dari sinergi yang lebih erat antara pemerintah kota Manado dengan kementerian dan lembaga terkait, serta OVO selaku perusahaan teknologi keuangan dalam memajukan kota Manado, dan memperluas adaptasi teknologi bagi masyarakat Sulawesi Utara," imbuh Vicky.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara Arbonas Hutabarat mengatakan Bank Indonesia sangat mengapresiasi langkah OVO untuk melakukan digitalisasi pasar di beberapa kota sekaligus membantu pemerintah dalam perluasan penggunaan QRIS.
QRIS hadir sebagai jawaban dari tingginya pertumbuhan transaksi digital di Indonesia, terlebih di tengah situasi pandemi.
"Dengan adanya QRIS, BI ingin mengintegrasikan sistem kanal pembayaran berbasis QR code sehingga terjadi interoperabilitas antara setiap PJSP Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran) baik bank maupun non bank. Harapannya tentu saja semoga dengan program ini seluruh pelaku UMKM dapat difasilitasi dengan sistem pembayaran yang lebih cepat, mudah, murah, aman dan handal. Saya berharap digitalisasi ini tidak berhenti di Pasar Bersehati saja, tapi bisa diterapkan di seluruh pasar di Sulawesi Utara," pungkas Arbonas.
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020