Secara khusus, terkait kehutanan saya meminta untuk mengacu pada pedoman pemetaan hutan, dan kerja sama-kerja sama pemetaan kehutanan yang akan dilakukan pemerintah daerah harus dengan pedoman dari KLHK

Jakarta (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar mengingatkan pemerintah daerah bahwa pemetaan wilayah harus sesuai regulasi dan standar nasional sebagaimana diatur dalam Undang-undang (UU) Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial.

Dalam radiogramnya kepada pemerintah daerah, dalam hal ini gubernur, bupati, dan wali kota, melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat, ia menegaskan dan mengingatkan perihal sumber daya alam dengan kompleksitas berbagai kepentingan dari berbagai pihak, khususnya hutan harus tetap dijaga dalam kerangka kerja dan kepentingan nasional dan rakyat sebagaimana amanat UUD 1945 Pasal 33.

Ia mengatakan untuk menyikapi perkembangan internasional, di mana sejumlah negara tengah melakukan pengembangan pemetaan satelit resolusi tinggi untuk analisis hutan tropis, mau tidak mau juga akan dialamatkan kepada hutan tropis Indonesia.

Hal itu, kata dia, bisa sistematis dan bertahap dilakukan dan dengan cara langsung ke daerah-daerah di Indonesia, yang tanpa disadari akan mengabaikan ketentuan-ketentuan tata pemerintahan yang sudah diatur dan dapat mengganggu sistem.

Indikasi yang muncul ialah penjajakan usulan kerja sama agenda pemetaan atau survei lapangan, termasuk dengan Indonesia.

"Kami sampaikan kepada gubernur, bupati, wali kota agar memerhatikan regulasi berkaitan dengan langkah pemerintah daerah dalam hal adanya tawaran kerja sama internasional, karena hal itu sudah diatur baik dalam Permendagri maupun dalam Permenlu. Sudah ada aturannya untuk kerja sama teknik luar negeri oleh daerah dengan unsur-unsur asing,” katanya.

“Secara khusus, terkait kehutanan saya meminta untuk mengacu pada pedoman pemetaan hutan, dan kerja sama-kerja sama pemetaan kehutanan yang akan dilakukan pemerintah daerah harus dengan pedoman dari KLHK,“ lanjutnya menyampaikan peran Kementerian Lingkungan dan Kehutanan (KLHK) berkaitan dengan pemetaan hutan.

Baca juga: Peta indikatif penghentian pemberian izin baru 2020 ditetapkan KLHK

Baca juga: Pakar: cadangkan hutan adat dalam peta indikatif

Ia menegaskan terkait kerja sama teknis dengan unsur-unsur dari luar negeri kepada kantor atau pejabat atau petugas pemda sampai dengan ke tingkat desa, hanya dapat dilaksanakan dengan petunjuk dari pemerintah pusat. Karena urusan-urusan dengan lembaga asing merupakan wewenang, dan memerlukan persetujuan dari pemerintah pusat.

"Hal ini berlaku termasuk untuk kegiatan seperti pemetaan field check/kerja lapangan dan lain-lain atau permintaan bantuan atau kerja sama oleh lembaga asing atau unsur asing atau LSM asing di Indonesia atau LSM dengan donor asing," katanya.

Dalam hal pemetaan, sudah ada standar nasional sesuai UU Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial. Oleh karena itu, pemda dapat berkonsultasi dengan Badan Informasi dan Geospasial (BIG) tentang sistem, teknik dan validasi, dan untuk urusan satelit agar berkonsultasi dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

Terkait kewenangan KLHK, ia menekankan untuk pemetaan kehutanan dan kawasan hutan, harus dikonsultasikan kepada Menteri LHK untuk diteliti dan mendapatkan arahan Menteri cq Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL).

"Selain itu, saya sampaikan agar Pemda segera melaporkan kepada Menteri LHK kegiatan kerjasama untuk dukungan pemetaan serta usulan kerjasama teknik dari LSM tentang pemetaan kehutanan dan atau permintaan kegiatan survei lapangan bidang kehutanan," demikian Siti Nurbaya.

Baca juga: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan luncurkan portal geospasial interaktif untuk perlindungan hutan

Baca juga: BIG: Kebijakan satu peta dorong penyelesaian konflik agraria

Baca juga: KLHK keluarkan peta dan wilayah indikatif khusus untuk hutan adat

Baca juga: BIG usulkan KKNI disetujui untuk segera diterapkan

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020