Bandung (ANTARA News) - Tim Tanggap Darurat dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menemukan ada pergerakan tanah yang terdiri dari tiga `trap` pada mahkota atau titik longsoran di Perkebunan Teh Dewata Desa Tejolaya Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung.
"Ada potensi pergerakan tanah di mahkota lonsoran Pasirjambu, terdiri dari tiga trap di sana. Lokasi perumahan di alur lembah harus dikosongkan karena potensial sekali longsor susulan," kata Ketua Tim Geologi PVMBG Badan Geologi, Wawan Irawan di Bandung, Senin.
Selain di titik longsoran, juga ada pergeseran tanah di salah satu sisi lokasi longsor yang berketinggian 1500 meter.
Menurut Wawan, ada beberapa titik pergerakan tanah di Gunung Waringin itu yang bisa menimbulkan banjir bandang ke daerah alur lembah di kawasan Kampung Cimerit di perkebunan teh Dewata itu.
Bila hujan deras, kata Wawan sangat berpotensi terjadi longsor susulan. Hal itu juga diperparah dengan adanya genangan dan endapan air di sana.
"Kami sudah merekomendasikan pengosongan pemukiman di alur lembah itu karena sangat berpotensi aliran banjir bandang," kata Irawan.
Menurut Wawan Irawan, lapukan tanah di kawasan itu sangat tebal yang mengakibatkan lapisan tanah lemah dan tidak punya daya cakram. Akibatnya bila terjadi kejenuhan air akibat curah hujan tinggi di kawasan itu membuat lapisan tanah di sana labil dan menimbulkan longsor.
Kemiringan lokasi di sana sampai 40 persen, dan itu sangat potensial sekali longsor.
Sementara itu Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Dr Surono menyebutkan kawasan Kecamatan Pasirjambu merupakan kawasan rentan gerakan tanah menengah dan tinggi.
"Kawasan Pasirjambu termasuk kawasan rentan gerakan tanah menengah dan tinggi pada Februari ini, Jawa Barat memang daerah paling rawan gerakan tanah," kata Surono.
Surono menyebutkan, PVMBG telah membuat pemetaan kerawanan gerakan tanah di beberapa provinsi di Indonesia, sekaligus rekomendasi kepada pemerintah setempat untuk melakukan langkah-langkah antisipasi.
Aksi berikutnya, kata dia tergantung kepada kabupaten kota setempat untuk melakukan penyikapan atas pemetaan kerawanan bencana alam khususnya gerakan tanah.
Kepala Pusat PVMBG itu menyebutkan, terdapat 15 provinsi di Indonesia yang memiliki kerawanan gerakan tanah yakni Jabar, Jateng, Jatim, DIY, Banten, Lampung, Sumbar, Sumur, Sulut, Riau, Papua, NTT, NTB, Sulsel, Sulut dan Jambi.
Namun dari sejumlah daerah itu, Jawa Barat menempati peringkat teratas jumlah kasus longsor dan korban jiwanya. Pada 2009 terjadi 161 kasus gerakan tanah di Indonesia, sebanyak 83 kasus diantaranya terjadi di Jawa Barat dengan merengut 94 korban jiwa dan sedikitnya 500-an rumah hancur.
"Hingga pertengahan Februari 2010 lalu terjadi sekitar 33 kejadian gerakan tanah, dan 21 kasus diantaranya di Jabar. Belum termasuk longsor di Pasirjambu dengan 44 korban jiwa, itu angka terbesar di tahun ini," kata Surono.
Sementara itu Jateng pada 2009 berada di peringkat kedua daerah kerawanan gerakan tanahnya yakni 34 kasus dengan 12 korban jiwa, disusul Jatim dengan enam kasus dan dua korban jiwa. (Ant/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010