Jerusalem (ANTARA News) - Tujuh-belas orang termasuk dua tentara Israel terluka dalam bentrokan di kompleks Masjid Al-Aqsha pada Ahad, Bentrokan terjadi karena polisi masuk untuk menangkap warga Palestina yang telah melempar batu ke pengunjung yang dianggap ekstrimis Yahudi.

Menurut kantor berita AFP, bentrokan itu terjadi setelah beberapa hari protes terhadap rencana Israel untuk merenovasi dua tempat suci lain yang diperselisihkan di daerah pendudukan di Tepi Barat, Langkah zionis itu dikecam sebagai lagi-lagi "provokasi" oleh pemerintah otonomi Palestina dukungan-Barat.

Puluhan warga Palestina melempar batu ke polisi Israel yang membalas dengan gas air mata dan peluru karet dalam bentrokan di dekat tembok Kota Tua berusia 400 tahun di Jerusalem timur yang diduduki oleh Israel sejak 1967 itu.

Jurubicara polisi Micky Rosenfeld mengatakan tujuh orang telah ditangkap dan bahwa dua dari orang-orangnya cedera, Sumber Palestina menyatakan sedikit-dikitnya 15 orang terluka dalam konfrontasi itu.

Pasukan keamanan masuk kompleks itu "sebagai tindakan berjaga-jaga", setelah jemaah Muslim melempar batu ke kelompok pengunjung tak dikenal, kata Rosenfeld, tapi sebagian besar kekerasan itu sudah mereda.

"Seluruh Kota Tua tenang, dan ribuan wisatawan diperbolehkan mengunjungi kompleks itu," ujar Rosenfeld.

Adnan Husseini, pejabat Komite Tertinggi Islam Jerusalem, mengatakan warga Palestina itu melempar batu ke orang-orang yang mereka yakini sebagai ekstrimis Yahudi yang bermaksud berdoa di tempat itu dan mengganggu status quo .yang memang rentan gesekan.

Orang-orang Yahudi, yang merayakan hari besar Purim pada Ahad dan Senin, diperbolehkan masuk ke kempleks itu, tapi pemerintah melarang mereka berdoa di tempat itu.

Palestina menyampaikan rasa kesalnya atas insiden itu, dan ketua juru runding Saeb Erakat meminta "intervensi mendesak" dari AS untuk minta Israel menghentikan serangannya di Al-Aqsha dan dua tempat suci lai di Tepi Barat.

"Tak masuk akal kebijakan Israel ditujukan untuk menghancurkan upaya internasional dan khususnya upaya pemerintah AS untuk memulai kembali proses perdamaian yang serius dan sejati," katanya.

Raja Abdullah II dari Jordania, yang menandatangani perjanjian perdamaian dengan Israel pada 1994, juga memperingatkan bahwa agresi provokatif Israel di Al-Aqsha akan menghadapi reaksi berbahaya dan dapat mengancam upaya perdamaian regional.

Sementara itu gerakan HAMAS, yang memerintah Jalur Gaza, mengecam apa yang mereka katakan sebagai "serangan kotor Zionis ... yang mentargetkan identitas rakyat Palestina, kepecayaannya, dan identitas semua negara Islam".

Kompleks Masjid Al-Aqsha adalah tempat tersuci-ketiga Umat Muslim, setelah Makkah dan Madinah, dan yang umat Islam percaya sebagai tempat Nabi Muhammad SAW melakukan Mi`raj.

Itu juga tempat tersuci di dunia bagi orang Yahudi, yang percaya itu adalah tempat Kuil Kedua, yang dibakar oleh tentara Romawi pada tahun 70 sebelum Masehi.

Tempat itu telah diperselisihkan dengan sengit selama beberapa dasawarsa. Perlawanan Palestina, atau intifada, kedua meletus di tempat itu pada September 2000, setelah kunjungan Ariel Sharon, politikus sayap kanan yang akan menjadi PM Israel.

Kekerasan juga meletus di tempat itu pada beberapa kesempatan mulai September lalu, setelah jamaah Muslim melempar batu pada orang-orang yang mereka percaya sebagai esktrimis Yahudi, tapi yang pemerintah Israel katakan sebagai wisatawan Prancis.

Kekacauan terakhir itu terjadi setelah beberapa hari kerusuhan di kota Al-Khalil (Hebron) di Tepi Barat karena rencana Israel untuk merenovasi Makam Patriarch, tempat kuno lain yang dihormati oleh orang Yahudi dan Muslim.

Rencana itu, yang juga mencakup Masjid Bilal (Makam Rachel) di Bethlehem, telah membuat marah Palestina dan dikritik AS sebagai tindakan "provokatif" yang dapat merusak upaya untuk melancarkan kembali pembicaraan damai Timur Tengah yang telah terhenti saat Perang Gaza lebih dari satu tahun lalu.(S008/A038)

Pewarta: Ricka Oktaviandini
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010