Istambul (ANTARA News/Reuters) - Perdana menteri Turki bertemu dengan pemimpin angkatan bersenjata Ahad, dua hari sesudah penahanan dua jenderal purnawirawan dengan tuduhan bersekongkol untuk melakukan kudeta, yang diduga telah menimbulkan ketegangan baru antara pemerintah dan tentara.
CNN Turk menyatakan kedua orang itu menghadiri pemakaman dan Perdana Menteri Tayyip Erdogan mengundang Jenderal Ilker Basbug ke kantornya untuk pembicaraan tak terjadwal.
Pada pekan lalu, yang berwenang menahan sekitar 50 perwira, kemudian memperkarakan lebih dari 30, berkaitan dengan dugaan bersekongkol mendepak pemerintah partai berakar Islam pada 2003.
Erdogan, Basbug dan Presiden Turki Abdullah Gul mengadakan pertemuan tak terjadwal pada Kamis, yang tampak untuk mengurangi ketegangan, tapi lalu pada Jumat terjadi gelombang kedua penahanan tentara dan menuduh dua mantan jenderal, yang meningkatkan tekanan.
Pengulas menyatakan negara itu semakin terbelah antara kemapanan sekuler, termasuk tentara, dengan PartaiKeadilan dan Pembangunan (AKP)yang berkuasa.
Komplotan kudeta dengan sandi "Operasi Palu Godam" itu diduga dilakukan pada 2003, sesaat setelah AKP, cabang moderat gerakan yang kini dilarang, tampil berkuasa.
Mantan petinggi angkatan laut dan angkatan udara Turki itu juga termasuk di antara yang digerebek pada Senin.
Staf Umum menyatakan perwira tinggi berbintang empat dan laksamana itu pada Selasa membahas keadaan gawat setelah penahanan mereka.
Lawan menuduh pemerintah berusaha memojokkan tentara, yang dipandang sebagai benteng tata sekuler Turki.
Tindakan tersebut memperlihatkan Turki bergerak ke arah cukup berbahaya, kata pemimpin Partai Republik Rakyat (CHP), Deenis Baykal, dalam pertemuan dengan kelompok CHP di parlemen.
Dugaan rencana kudeta itu pertama kali dilaporkan pada Januari oleh surat kabar "Taraf", yang secara teratur menyasarkan pemberitaannya pada tentara.
Surat kabar itu menuduh mereka terlibat dalam rencana pemboman beberapa mesjid dan meningkatkan ketegangan dengan Yunani, dengan memaksa jatuh sebuah jet Turki, untuk memojokkan pemerintah dan pada akhirnya mengakibatkan kejatuhan pemerintah.
"Taraf" menyatakan rencana tersebut dibahas dalam seminar tentara pada Maret 2003 dan menerbitkan salinan tertulis rekaman, yang tampak memastikan bahwa beberapa jenis tindakan menentang pemerintah diputuskan dalam pertemuan tersebut.
Jenderal purnawirawan yang dituduh memulai rencana itu memastikan ancaman gerakan Islam dibahas dalam pertemuan itu, namun menyatakan dokumen tersebut tidak mencakup rencana pemboman sejumlah mesjid dan upaya menjatuhkan sebuah pesawat Turki.
Sergapan polisi pada Senin itu dilancarkan setelah percekcokan mengenai penahanan kepala jaksa pada pekan lalu dan peningkatan kecurigaan antara Partai Pembangunan dan Keadilan, yang berhaluan Islam dan ketentaraan, yang memandang diri sebagai pengawal nilai sekuler dan telah melancarkan empat kudeta sejak 1960.
Kepala Jaksa Umum Ilhan Cihaner di provinsi Erzincan di Turki timur ditangkap pengadilan pada pekan sebelumnya, karena diduga memiliki hubungan dengan jaringan penjahat bawah tanah, Ergenekon, yang dituduh merencanakan kudeta terhadap pemerintah.
Dewan Hakim Agung dan Jaksa di Turki kemudian melucuti wewenang jaksa khusus, yang memerintahkan penangkapan Cihaner.
Baykal menyatakan untuk pertama kali kaum sekuler di lembaga kehakiman berhadapan dengan anggota lain penegak hukum dukungan pemerintah.
Ia menuduh kekuatan politik memanfaatkan lembaga kehakiman untuk tujuan mereka.
Bahceli mendesak partai lawan dan yang berkuasa serta perguruan tinggi mencegah perbantahan tanpa dasar sampai ketegangan reda. (B002/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010