Dubai (ANTARA News/Reuters) - Komandan militer Hamas Mahmoud al-Mabhouh diberi obat sebelum dihabisi oleh para pembunuhnya, kata polisi Dubai, Minggu. Mabhouh dibunuh bulan lalu di kamar hotelnya dan polisi Dubai hampir pasti bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh agen intelijen Israel Mossad.
Pembunuh menggunakan obat pengendur urat syaraf untuk menenangkan Mabhouh sebelum membuatnya mati lemas, kata wakil kepala polisi Khamis al-Mazeina, seperti dikutip oleh situs berita kepolisian Dubai.
"Pembunuh menggunakan metode ini sehingga terkesan bahwa kematiannya berifat alami karena tidak ada tanda perlawanan yang ditunjukkan oleh korban," katanya.
Pihak berwenang Dubai telah mengumumkan 26 tersangka anggota tim yang melacak dan membunuh pejuang Palestina itu dan mengatakan, mereka beroperasi dengan menyamar dan menggunakan paspor-paspor palsu Inggris, Irlandia, Prancis, Jerman dan Australia.
Orang-orang yang namanya digunakan oleh sebagian besar tersangka tinggal di Israel dan mengatakan, identitas mereka telah dicuri.
Pelanggaran paspor itu menyulut kecaman dari Uni Eropa, dan beberapa pemerintah negara yang digunakan dalam paspor itu telah memanggil duta besar Israel untuk mengajukan protes.
Israel tidak membantah atau mengkonfirmasi keterlibatan mereka namun Menteri Luar Negeri Avigdor Lieberman mengatakan, tidak ada bukti yang mengaitkan Israel dengan pembunuhan itu.
Hamas pada Senin (22/2) mendesak para pemimpin Eropa memasukkan Israel ke dalam daftar negara pendukung terorisme karena keterlibatannya dalam pembunuhan di Dubai itu.
"Kami mendesak Uni Eropa (EU) memasukkan wilayah kesatuan Zionis (Israel) ke dalam daftar negara yang mendukung terorisme terorganisasi karena mereka membahayakan perdamaian internasional," kata kelompok pejuang garis keras Palestina itu dalam sebuah pernyataan.
Hamas hingga kini masih terlibat dalam konflik dengan Israel, yang menarik diri dari wilayah pesisir Jalur Gaza pada 2005 namun tetap memblokadenya.
Perang di dan sekitar Gaza meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember 2008.
Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.
Pasukan Israel juga berulang kali membom daerah perbatasan Gaza dengan Mesir sejak mereka memulai ofensif pada 27 Desember 2008 dalam upaya menghancurkan terowongan-terowongan penyelundup yang menghubungkan wilayah miskin Palestina itu dengan Mesir.
Angkatan udara Israel membom lebih dari 40 terowongan yang menghubungkan wilayah Jalur Gaza yang diblokade dengan gurun Sinai di Mesir pada saat ofensif itu dimulai.
Terowongan-terowongan yang melintasi perbatasan itu digunakan untuk menyelundupkan barang dan senjata ke wilayah Jalur Gaza yang terputus dari dunia luar karena blokade Israel sejak Hamas menguasainya pada 2007.
Operasi "Cast Lead" Israel itu, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang Palestina yang mencakup ratusan warga sipil dan menghancurkan sejumlah besar daerah di jalur pesisir tersebut, diklaim bertujuan mengakhiri penembakan roket dari Gaza. Tigabelas warga Israel tewas selama perang itu.
Proses perdamaian Timur Tengah macet sejak konflik itu, dan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas masih tetap diblokade oleh Israel.
Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.
Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.
Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris. (M014/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010