Jakarta (ANTARA News) - Penduduk Hawaii, Amerika Serikat, diimbau untuk segera menyelamatkan diri dan harta bendanya dari gelombang tsunami yang bakal melanda kawasan Fasifik yang datang secepat pesawat jet, menyusul gempa bumi 8,8 skala Richter yang mengguncang Chile.

Gelombang tsunami tampaknya akan menerjang kawasan pantai Asia, Australia dan Selandia Baru dalam waktu 24 jam setelah gempa bumi Chile yang menghajar pesisir negara Amerika Selatan itu.

Kendati sulit dipastikan, gelombang tsunami ini diperkirakan tak akan sedahsyat gelombang serupa pada 1960 ketika Chile diguncang gempa bumi 9,5 skala Richter.

Kebanyakan negara yang sedang menunggu data lebih lengkap lagi, tidak memerintahkan warganya untuk mengungsi, melainkan hanya mengimbau untuk berhati-hati ke kawasan rentan tsunami dan selalu awas terhadap perkembangan-perkembangan selanjutnya.

Pusat Peringatan Tsunami Pasifik di Hawaii telah mengumumkan bahwa gelombang tsunami kemungkinan melanda Pasifik utara, termasuk kawasan Pantai Barat AS dan Alaska.

"Citra permukaan laut menunjukkan bahwa gelombang tsunami telah muncul dan akan menimbulkan kerusakan mahaluas," kata Pusat Peringatan Tsunami itu dalam satu buletin pasca gempa bumi Chile 8,8 skala Richter.

"Semua pihak berwenang (di seluruh Pasifik) harus mengambil langkah seperlunya untuk menanggapi ancaman ini."

Pusat Peringatan Tsunami mencatat bahwa tinggi gelombang tsunami sulit diprediksi karena setiap pantai sangat berbeda karakteristiknya tergantung topografi wilayah.

Sejumlah negara di Pasifik di kawasan peringatan tsunami, rusak berat oleh gelombang tsunami tahun lalu.

Pada 29 September 2009, gelombang tsunami yang dipicu gempa bumi 8,3 skala Richter telah menewaskan 34 orang di Samoa Amerika, 183 orang di Samoa dan sembilan di Tonga.

Para peneliti lalu menyebutkan, tinggi gelombang tsunami ketika itu mencapai 14 meter.

Gempa bumi di Amerika Selatan lalu juga menciptakan efek bencana yang dahsyat di sepajang Pasifik.

Sebuah gelombang tsunami yang dipicu gempa 9,5 skala Richter yang mengguncang Chile pada 1960, adalah gempa bumi terkuat yang pernah dicatat, menewaskan 140 orang di Jepang, 61 orang di Hawaii, dan 32 orang di Filipina.

Tsunami waktu itu tingginya satu sampai empat belas meter, demikian Badan Meteorologi Jepang.

Tsunami akibat Gempa Chile kali ini diperkirakan lebih kecil dari tahun 1960 karena gempa sekarang tidak sekuat gempa tahun 1960.

Stasiun TV Jepang NHK mengutip sejumlah pakar gempa, mewartakan bahwa tinggi gelombang tsunami akan mencapai puluhan centimeter, dan akan menerjang Jepang dalam waktu 22 jam ke depan.

Gelombang tsunami setinggi 28 centimeter tercatat ada, setelah gempa 8,4 skala Richter dekat Chile pada 2001.

Badan Meteorologi mengatakan masih meneliti kemungkinan gelombang tsunami akibat gempa bumi 8,8 skala Richter dan belum mengeluarkan peringatan resmi agar penduduk menjauh dari pantai.

Sementara itu, Australia masuk kawasan yang berada dalam awas tsunami.

Pusat Peringatan Tsunami Australia mengeluarkan peringatan Sabtu malam ini mengenai kemungkinan ancaman tsunami di negara bagian New South Wales, Queensland, Lord Howe Island dan Pulau Norfolk.

"Potensi gelombang tak akan menerjang Australia, sampai Minggu pagi nanti," demikian Pusat Peringatan Tsunami Australia.

Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina juga telah mengeluarkan peringatan tingkat rendah dengan mengatakan masyarakat mesti menunggu lebih jauh kemungkinan bakal adanya tsunami. Tidak ada rekomendasi evakuasi penduduk.

Seismolog dari Universitas Tohoku, Jepang, Fumihiko Imamura, berkata pada NHK bahwa penduduk dekat pantai samudera tidak boleh menganggap remeh kekuatan gelombang tsunami, meskipun asal gelombang dari pusat gempa yang jaraknya ribuan kilometer.

"Ada kemungkinan bahwa gelombang tsunami akan mencapai Jepang tanpa kehilangan kekuatannya," kata Imamura.

Sumber: The Los Angeles Times
Disadur oleh Jafar Sidik

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010