Bandung (ANTARA News) - Upaya pencarian korban longsor di perbukitan Waringan, Perkebunan Teh Dewata, Kampung Dewata, Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung, dilanjutkan mulai Sabtu pagi ini, mengingat 17 korban longsor masih tertimbun tanah ambruk.
Evakuasi sebelumnya, Jumat (26/2), berhasil mengangkat 10 jenazah di mana tujuh diantaranya ditemukan menjelang salat Jumat dan sudah diidentifikasi.
Ketujuh korban yang sudah diidentifikasi adalah Dasep (45), Enah (60), Kirana (4), Nandi (13), Eka (25), Asni (3), dan Adang Enggit (40).
Evakuasi di hari kelima ini masih akan mengandalkan eskavator, personel TNI serta Tim SAR, dan masih akan mengandalkan alat manual seperti cangkul, tetapi hari ini jumlah alat berat mungkin bertambah untuk memindahkan gundukan tanah yang cukup luas.
Koswara, petugas Posko Bencana Longsor Kecamatan Pasir Jambu, menuturkan evakuasi di hari kelima pasca longsor akan dilakukan di area yang sebelumnya belum tersentuh.
Menurutnya, petugas di lapangan kesulitan mengangkut karena harus melintasi areal longsor yang masih rentan longsor lagi karena tanah sekitar tempat kejadian masih terus bergerak.
"Tanahnya bergerak, tapi untungnya saat proses evakuasi tidak turun hujan. Hujan baru turun saat sore menjelang petang atau sekitar jam enam sore," kata Koswara.
Ia menjelaskan, menjelang shalat Jumat, tim evakuasi berhasil menemukan tujuh korban tewas. "Jumat sore ditemukan tiga korban lagi sehingga total jadi 30 orang," kata Koswara.
Evakuasi didukung ratusan personel TNI, Polri, PMI, dan masyarakat sipil difokuskan di perkampungan yang tertimbun.
Berdasarkan prosedur, evakuasi akan dilakukan selama seminggu, sementara keluarga korban, baik warga Dewata maupun luar daerah, menunggu di Masjid Al Hidayah untuk mengetahui hasil evakuasi.
Korban yang ditemukan langsung diserahkan ke keluarga untuk dimakamkan di daerah asalnya. "Sebagian besar dimakamkan di Tenjolaya. Ada juga yang dimakamkan dibawa keluarganya," kata Koswara. (*)
PK-ASJ/Y003/AR09
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010