Parapat, Sumut (ANTARA News) - Sebagian besar pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Sumatra Utara tidak pernah mendapat pelatihan yang memadai untuk menjalankan usahanya secara baik.
Analis Madya UMKM Bidang Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Medan, Budiono, di Parapat, Sumut, Jumat, mengatakan, berdasarkan penelitian yang dilakukan BI Medan bekerjasama dengan Universitas Sumatera Utara tahun 2008, diketahui sebanyak 87,8 persen pelaku UMKM di Sumut tidak pernah mendapat pelatihan yang memadai.
Selain itu sebagian besar pelaku UMKM tersebut tidak memiliki laporan keuangan yang memadai bahkan jumlahnya lebih dari 77 persen, katanya.
"Namun jika dilihat dari segi pendidikan sebenarnya sudah cukup menggembirakan. Tingkat pendidikan mereka pada umumnya sudah cukup baik yang rata-rata tamatan SMA sebesar 56,3 persen," katanya.
Berbicara pada pelatihan wartawan ekonomi dan bisnis dalam upaya meningkatkan kompetensi wartawan di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran, ia mengatakan, sebagian besar pelaku UMKM itu menganggap sulit untuk mengajukan kredit ke bank.
Mereka beranggapan, persyaratan jaminan fisik/tambahan yang diminta bank, dan prosedur pengajuan kredit, dianggap terlalu berbelit-belit. Pelaku UMKM juga beranggapan tingkat suku bunga yang diberikan juga relatif tinggi, kredit yang diperlukan UMKM harus tepat jumlah, tepat waktu, tepat sasaran.
Sedangkan persepsi perbankan terhadap pelaku UMKM adalah mereka dianggap sektor beresiko tinggi (high risk), lalu jaminan UMKM yang terbatas atau kurang, dan UMKM yang potensial dibiayai sulit didapat.
"Inilah sebagian permasalahan UMKM yang selama ini masih terjadi. Padahal sebenarnya melalui UMKM inilah penyerapan tenaga kerja sangat tinggi dan tentunya merupakan salah satu solusi menekan tingginya angka pengangguran," katanya.
(PK-JRD/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010