Bengkulu (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla mengatakan, siaga bencana harus dibiasakan dan menjadi kultur masyarakat sehingga saat bencana datang akan mengurangi risiko.

"Kebiasaan siaga bencana atau kultur yang yang dilakukan warga masyarakat Simelue, Nias cukup bermanfaat sehingga ketika gempa dan tsnami di daerah itu korban lebih kecil dibanding Aceh," kata Kalla dalam sambutannya ketika bersilaturahmi dengan pengurus PMI cabang dan provinsi di Bengkulu, Jumat.

Ia menjelaskan, masyarakat Simeleu mengetahui akan terjadi gempa bumi sehingga mereka cepat mencari dataran tinggi, sementara masyarakat di Aceh justru mendekati laut karena penasaran melihat air laut surut.

Untuk itu kata dia, masyarakat harus terus siaga apalagi di Bengkulu merupakan daerah rawan bencana gempa yang berpotensi tsunami karena posisinya di wilayah pantai barat Sumatra.

"Oleh karena itu PMI harus menjadi leading sektor dan terus melakukan latihan kebencanaan selain program lain," katanya.

Sementara itu, Ketua PMI Provinsi Bengkulu Syukur Alwi mengatakan, saat ini terdapat 4.621 orang pengurus dan relawan PMI di sembilan cabang di Provinsi Bengkulu dimana cabang Bengkulu Tengah yang merupakan daerah pemekaran masih dalam proses pembentukan.

Meskipun memiliki dana operasional minim, berdasarkan penilaian pengembangan organisasi oleh PMI pusat, PMI Bengkulu termasuk dalam kategori hijau atau baik.

"Selain itu, dari 15 daerah rawan bencana di Tanah Air, Provinsi Bengkulu merupakan salah satunya yaitu rawan bencana gempa bumi dan tsunami, karena berada di pertemuan lempeng Indoaustralia dan Eurasia,"katanya.

Untuk program siaga bencana, saat ini PMI Bengkulu bekerja sama dengan Palang Merah Jerman atau "German Red Cross" dan DEPICO atau organisasi palang merah Eropa.

Program yang sedang berjalan adalah 40 unit sekolah siaga bencana dan empat desa mitra siaga bencana untuk program siaga bencana berbasis masyarakat.

"Tahun ini juga kami akan membangun posko di enam kabupaten untuk kesiapsiagaan bencana termasuk satu posko logistik di Bengkulu," tambahnya.

Gubernur Bengkulu Agusrin M Najamudin yang juga hadir dalam silaturahmi JK dengan PMI Bengkulu tersebut mengatakan, siaga bencana merupakan program utama Pemprov Bengkulu.

"Bahkan seluruh dinas dan badan sudah membentuk posko siaga bencana yang anggotanya minimal 50 persen dari jumlah pegawai di dinas itu," katanya.

Selain itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga diinstruksikan untuk menggelar simulasi gempa dan tsunami yang sudah terlaksana beberapa kali.
(T.K-RNI/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010