Bandarlampung (ANTARA News) - Ketua Hmpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Lampung, Rahmat Mirzani Djausal mengajak pelaku usaha tidak melihat perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) sebagai ancaman, sebaliknya sebagai peluang efisiensi usaha.

"Barang elektronik China yang saat ini harganya sangat murah dapat dimanfaatkan para pelaku usaha lokal untuk melakukan efisiendi usaha belanja modal, sehingga kita bisa mendapatkan mesin produksi dengan harga yang lebih murah," katanya saat membuka Musyawarah Cabang Hipmi Bandarlampung di Bandarlampung, Kamis.

Dia menambahkan, pengusaha, terutama pelaku UMKM, tidak perlu menyalahkan pemerintah tidak memproteksi mereka, karena para pelaku UMKMlah yang mesti memperbaiki kinerja dan kualitas mereka.

"Ada beberapa hal yang harus dibenahi, yaitu modal dan kapasitas kemampuan manajerial induvidu," ujarnya.

Dia melanjutkan, Hipmi Lampung sendiri akan membantu kemudahan akses permodalan bagi pengusaha kecil dan UMKM sehingga perbankan dapat memberikan kemudahan pemberian pinjaman bagi mereka.

Menurutnya, para pelaku UMKM terbukti sebagai pelaku ekonomi yang paling tahan terhadap serangan globalisasi, dan lebih dari 50 persen anggota Hipmi adalah pelaku UMKM, sehingga membantu mereka bertahan terhadap krisis berarti turut menopang sendi perekonomian nasional.

"Kami sudah menandatangani nota kesepahaman dengan Bank Lampung pada 2009 lalu sehingga akses permodalan bagi para pelaku UMKM yang telah dibina Hipmi sebelumnya dapat lebih mudah," kata dia. (*)

H009/F004/AR09

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010