tidak lagi transmisi oleh perorangan, tetapi sudah komunitas

Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan bahwa pola penularan COVID-19 di daerah ini telah meluas dari perorangan ke penularan komunitas (community transmission).

"Data di saya memang terlihat bahwa transmisi ini sudah tidak lagi transmisi oleh perorangan, tetapi sudah komunitas," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY Pembajun Setyaningastutie di Yogyakarta, Selasa.

Pembajun mengatakan penularan virus itu bisa disebut meluas melalui komunitas atau populasi karena sudah terjadi di tempat-tempat kerumunan yang minim penerapan jaga jarak fisik.

Menurut dia, penularan bisa terjadi di level komunitas karena merujuk sejumlah penelitian yang menyebutkan bahwa penyebaran virus SARS-CoV-2 tidak hanya melalui droplet (cipratan) tetapi bisa melalui partikel halus yang terbawa angin.

"Partikel halus dari droplet-droplet itu yang kemudian terbawa oleh angin. Kalau dibilang airborne (melalui udara) ya monggo lah, tetapi sebenarnya itu agak berbeda," kata Pembajun.

Pola penularan itu, menurut Pembajun, membuat pelacakan kontak erat COVID-19 di DIY tidak mudah dilakukan. Pasalnya, satu orang yang terkonfirmasi positif COVID-19 bisa memiliki 10 sampai 15 kontak erat.

"Sebenarnya bukan sulit dilacak tetapi karena banyak yang harus di-tracing sehingga kami kewalahan," kata dia.

Meski demikian, strategi penelusuran kontak erat, dipastikan Pembajun tidak dilakukan berdasarkan asumsi, namun tetap dengan mencatat jejak perjalanan seseorang yang terkonfirmasi, bahkan orang-orang terdekat juga harus dilakukan tracing.

Baca juga: Guru Besar UGM: Pandemi COVID-19 berakhir pertengahan Februari 2021

Baca juga: Epidemiolog UGM: Warga Yogyakarta kurangi ke luar rumah

"Dulu memang sedikit (kontak tracing) tetapi karena sekarang (penularan) sudah populasi, sudah komunitas jadi memang sulit, tetapi teman-teman tenaga kesehatan ini luar biasa," kata dia.

Pembajun menegaskan penularan dengan pola itu bisa muncul dari kerumunan yang tidak menerapkan jaga jarak fisik ditambah mengabaikan pemakaian masker secara benar.

"Misalnya saat makan-makan, minimal tidak usah ngobrol. Saat makan, makan saja. Nanti kalau selesai baru ngobrol pakai masker. Ini yang kadang lupa," kata dia.

Sebelumnya, epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) dr Riris Andono Ahmad mengimbau masyarakat DIY mengurangi aktivitas ke luar rumah menyikapi indikasi meluasnya penularan COVID-19 di tingkat komunitas.

"Warga Yogyakarta harus mengurangi aktivitas ke luar rumah. Protokol kesehatan harus dipatuhi," katanya.

Juru Bicara Pemda DIY untuk Penanganan COVID-19 Berty Murtiningsih mencatat jumlah pasien sembuh dari COVID-19 di daerah itu pada Senin (28/9) bertambah 54 sehingga total menjadi 1.797 kasus sembuh.

Sedangkan pasien yang terkonfirmasi positif bertambah 39 sehingga jumlah kasus positif COVID-19 di DIY total menjadi 2.558 orang.

Total sampel yang diperiksa di DIY hingga 28 September 2020 mencapai 70.899 sampel dari total orang yang diperiksa sebanyak 57.133 orang.

Baca juga: Antisipasi COVID, Pemprov DIY data tamu hotel lewat aplikasi digital

Baca juga: 14 warga tempati selter penanganan COVID-19 Yogyakarta

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020