Orang yang dapat mengendalikan jam kerja mereka mungkin lebih sehat, baik jiwa maupun raga, dibandingkan dengan mereka yang menghadapi pekerjaan yang kurang luwes, demikian hasil satu studi di AS.

Dengan menganalisis 10 studi yang sudah diterbitkan dan melibatkan sebanyak 16.600 pekerja, para peneliti mendapati bahwa kondisi kerja tertentu yang memberi kendali kepada pegawai --seperti jadwal kerja yang diatus sendiri dan pensiun sebagian atau bertahap-- berkaitan dengan manfaat kesehatan.

Manfaat itu meliputi tekanan darah rendah dan denyut jantung yang teratur, kualitas tidur yang lebih baik dan tak terlalu kelelahan selama siang hari.

Namun temuan itu, yang disiarkan di Cochrane Database of Systematic Reviews, tak membuktikan bahwa jadwal kerja yang luwes mengarah kepada kesehatan yang lebih baik kendati mereka mendukung teori bahwa "pengendalian atas pekerjaan baik buat kesehatan", kata para peneliti tersebut.

Dr Clare Bambra dari Durham University dari Inggris mengatakan bahwa menurut teori itu, berkurangnya stres mungkin yang memberikan manfaat tersebut kendati masih ada beberapa kemungkinan lain.

Jadwal kerja yang luwes mungkin, misalnya, mempermudah orang untuk mendapatkan waktu untuk berolahraga, kata Bambra kepada Reuters Health.

Selama bertahun-tahun, berbagai studi telah menemukan kaitan antara "pekerjaan dengan ketegangan tinggi" dan peningkatan sakit jantung, depresi dan penyakit lain. Para peneliti mendefinisikan pekerjaan dengan ketegangan tinggi sebagai pekerjaan yang berisi tuntutan tapi tak memberi pegawai peluang untuk mengendalikan cara mereka bekerja.

Itu telah memicu perhatian yang bertambah besar mengenai apakah ada manfaat kesehatan yang diperoleh dari kondisi kerja yang tidak tradisional seperti penjadwalan sendiri "waktu yang luwes", berhubungan dari rumah dan berbagai pekerjaan.

Untuk kajian mereka, Bambra dan rekannya menggunakan 10 studi yang semuanya mengikuti perkembangan pekerja setidaknya enam bulan dan harus membandingkan semua pegawai yang memiliki kondisi yang luwes dengan kelompok lain.

Namun Bambra mengatakan, kekurangan dari semua studi yang mereka kaji ialah tak satu pun melakukan percobaan yang dilakukan secara acak.

Bambra mengatakan, semua jenis studi itu "diperlukan sebelum kami dapat membuat kesimpulan nyata. Data yang kami miliki menjadi petunjuk dan bukan penentu".

Tetapi ia mengatakan mereka tak menemukan bukti bahwa kondisi kerja yang luwes bisa membahayakan kesehatan pegawai sehingga untuk saat ini atasan dan pembuat kebijakan dapat mempertimbangkan penjadwalan sendiri dan pensiun bertahap sebagai "cara yang masuk akal" untuk meningkatkan kesehatan pegawai.(C003/A024)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010