Barry, panggilan akrab Obama kecil, mungkin juga akan melampiaskan kangennya kepada masakan khas Indonesia, salah satunya gado-gado.
Soal Obama yang kangen gado-gado tersebut dikemukakan Dr Farid Husain, salah seorang warga Indonesia yang pernah mengobrol dengan Obama.
Dr. Farid bertemu Obama ketika masih menjadi senator Illinois, Amerika Serikat (AS) di pertemuan National Prayer Breakfast di Washingthon D.C. pada Minggu 1 Januari 2007.
Saat itu Farid diundang mantan Presiden AS George W Bush. National Prayer Breakfast adalah acara jamuan makan setiap tahun yang dihadiri Presiden dan Kabinet, Senat, Gubernur, Wartawan dan pemerhati perdamaian.
Farid diundang karena perhatian seriusnya dalam perdamaian seperti ikut andil dalam perdamaian antara Gerakan Aceh Merdeka dan (GAM) dan pemerintah, konflik Poso dan Thailand Selatan.
Menurut Farid, saat itu seseorang berbicara kepadanya sambil menunjuk Obama. "Dia calon Presiden AS yang akan datang dan juga pernah tinggal di Indonesia.
Farid lalu menyapa Obama dalam bahasa Indonesia dan Obama menjawab pula dengan bahasa Indonesia. "Saya Farid dari Indonesia" yang dijawab Obama dengan "Apa Kabar".
"Saya jawab, baik, Anda tidak rindu dengan Indonesia? dan dia menjawab 'jelas, Saya kangen dengan Gado-gado," kata Farid yang kini menjabat Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI.
Pertemuan itu memberi kesan pada Farid bahwa Obama sosok yang bersahaja dan santun dalam percakapan dan perbuatan.
“Kesan pertama saya dia biasa menerima sapaan orang, terbuka dan walaupun tidak lancar ia masih bisa berbicara bahasa Indonesia," katanya. Farid juga menilai Obama bisa membuat orang mengedepankan budi pekerti dan tidak bertindak "bagai kacang lupa kulit".
"Obama juga adalah sosok negarawan dan negarawan adalah seseorang yang bisa mendengarkan orang lain dan bisa menempatkan pembicaraan pada tempatnya,” katanya.
Ketika ditanya ANTARA News tentang dengan kebijakan luar negeri Obama dibandingkan pendahulunya, George W Bush, Farid mengemukakan "Presiden Bush itu cenderung ke aksi militer sedangkan Obama lebih ke pendakatan persuasif."
Presiden AS ke-44 itu juga berdialog dengan negara-negara Islam tentang pentingnya perdamaian di timur tengah."Dia adalah Ikon perdamaian saat ini dengan sikap-sikapnya pantas ia dia mendapatkan Nobel perdamaian," katanya.
Dr. Farid Husain adalah seorang dokter bedah, dia bukan diplomat tetapi banyak berkiprah dalam perdamaian. Farid menjadi kepercayaan wakil presiden (saat itu) Jusuf Kalla sebagai penengah beberapa konflik-konflik Seperti proses perdamaian Aceh di Helsinki, Finlandia. Dr. Farid Husain juga meluncurkan buku berjudul To See The Unseen - Kisah di Balik Damai di Aceh pada Rabu, 18 April 2007, di Jakarta.(ADM/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010