kami harus melakukan pemeriksaan sebanyak 990 orang per minggu

Boyolali (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali menyatakan angka kesembuhan warga terkonfirmasi positif COVID-19 di wilayahnya dinilai cukup tinggi yakni mencapai 637 kasus atau sekitar 78 persen.

"Angka kesembuhan COVID-19 di Boyolali sekitar 78 persen dari total 812 kasus terkonfirmasi positif itu, memang termasuk cukup tinggi," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, Ratri S. Survivalina, di Boyolali, Selasa.

Menurut dokter Ratri S Survivalina pihaknya memang selalu mengedepankan program promotif (sosialisasi) dan preventif (pencegahan). Jadi program Gerakan Masyarakat (Germas) pola hidup sehat sejak awal sebelum ada pandemi COVID-19 sudah digiatkan masyarakat di Boyolali.

Bahkan, Dinkes terus menginstruksikan pada tiap-tiap desa di wilayah Boyolali membentuk Kampung Germas, dimana melalui program ini, masyarakat mempunyai kesadaran sendiri untuk melaksanakan protokol kesehatan. Mereka juga mempunyai rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah kesehatannya secara mandiri.

Sehingga, lanjut Ratri, permasalahan-permasalahan yang terkait dengan sarana prasarana, kebersihan lingkungan, dan sebagainya memang itu, diselenggarakan, dilaksanakan, digunakan dari dan oleh masyarakat.

Ratri mengatakan dengan adanya pemberdayaan masyarakat tersebut pengawasan terhadap warga kasus yang terkonfirmasi positif COVID-19 itu, dilaksanakan sendiri oleh lingkungannya. Sehingga, kesadaran untuk melaksanakan isolasi benar-benar dipatuhi, dan mereka berupaya tidak keluar rumah.

"Jika ada warganya yang terkonfirmasi positif COVID-19, tetapi orang tanpa gejala dari lingkungan sendiri yang melakukan pengawasan," kata Ratri.

Baca juga: Angka kesembuhan pasien COVID-19 di Boyolali 78,4 persen

Baca juga: Warga terkonfirmasi positif COVID-19 di Boyolali bertambah

Selain itu, pihaknya juga mengenalkan dengan program yang dinamakan "Jogo Tonggo". Program ini, sangat efektif sekali karena hal ini dapat membantu pemerintah yang memiliki waktu dan anggaran terbatas.

Sehingga, kata Ratri, gerakannya tidak bisa maksimal 24 jam, tetapi adanya program Jogo Tonggo dan pemberdayaan masyarakat yang sudah berjalan ini, sangat efektif untuk bisa mencegah penularan COVID-19 lebih luas lagi dari sisi pengawasan pasien-pasien yang terkonfirmasi positif.

Ratri mengatakan jumlah COVID-19 di Boyolali hingg Selasa ini, secara akumulasi sebanyak 812 kasus, dimana pasien yang dirawat di rumah sakit ada 99 kasus, isolasi mandiri 45 kasus, sudah dinyatakan sembuh 637 kasus, sedangkan yang meninggal dunia 31 kasus.

Dinkes Boyolali hingga sekarang sudah melakukan pemeriksaan "screening" tes usap sebanyak 9.088 orang, dan yang masih menunggu hasil masih 437 orang, terkofirmasi positif COVID-19 sebanyak 858 orang, dan 7.793 orang hasilnya negatif.

"Kami pemeriksaan screening tes usap mempunyai target dari 1.000 penduduk ada satu kali pemeriksaan per minggu. Sehingga, kami harus melakukan pemeriksaan sebanyak 990 orang per minggu," kata Ratri.

Menurut Ratri pemeriksaan screening atau tes usap tersebut sangat penting sekali untuk menentukan status resiko suatu wilayah atau peta resiko kabupaten. Meskipun, Boyolali kasus COVID-19 sedikit, tetapi hasil screeningnya itu, belum maksimal tidak bisa dikatakan layak bebas atau aman dari COVID-19.

"Kami berharap partisipasi masyarakat untuk mengikuti pemeriksaan usap ini, benar-benar bisa bergotong royong," kata Ratri.

Ratri mengatakan jumlah pasien khusus COVID-19 di RSUD Pandan Arang Boyolali, dengan kapasitas 20 tempat tidur, hingga saat ini terisi 15 pasien, dimana terkofirmasi positif ada enam orang. Ruang isolasi di RS Darurat COVID-19 Boyolali, dengan kapasistas 111 tempat tidur, hanya terisi 10 pasien.

Baca juga: Puluhan petugas positif COVID, tugas Bawaslu Boyolali tetap berjalan

Baca juga: Boyolali mulai operasikan Rumah Sakit Darurat COVID-19

Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020