Menurut Nana Supriatna (55), warga yang sekaligus aparat Desa setempat, ketika ditemui Rabu mengatakan, keretakan permukaan bumi itu muncul sejak sepekan terakhir.
Ia menjelaskan, puncak pergeseran dan keretakan tanah sepanjang sekitar 1 kilometer itu terjadi setelah guyuran hujan deras mengguyur pada Minggu malam (21/2) lalu.
Menurut dia, keretakan tersebut berada sepanjang kampung Garadaha hingga kampung Bojot, bahkan beberapa rumah warga ikut tergeser serta mengalami kemiringan.
"Dalam sepekan ini pergeseran tanah di tiga kampung semakin dirasakan warga mengakibat keretakan tanah dan membuat kerusakan rumah warga," katanya.
Perisitiwa alam pergeseran dan keretakan tanah, kata Nana membuat warga di tiga kampung merasakan kekhawatiran datangnya bencana yang dikhawatirkan dapat menghancurkan rumah warga.
Keresahan dan kepanikan warga tersebut mengingat bencana pergeseran tanah yang merusak ratusan rumah pernah terjadi pada tahun 1995 dan 1997.
"Warga resah dan panik apabila peristiwa itu kembali terjadi akibat keretakan tanah," katanya.
Sementara itu, rumah warga yang berada dilintasan tanah retak di Kampung Garadaha milik Nining (45) mengalami pergeseran dan posisi rumahnya miring.
"Akibat pergeseran tanah itu, menyebabkan retakan tanah bahkan membuat rumah warga rusak," kata Nining.
(U.PK-FPM/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010