Istanbul (ANTARA News/AFP) - Pengadilan Turki memerintahkan tujuh tersangka diserahkan kembali ke tahanan, Rabu, sebagai bagian dari pemeriksaan rencana kudeta terhadap pemerintah Islam pada 2003, kata laporan kantor berita Turki, Anatolia.
Dua laksamana yang masih bertugas aktif, dua laksamana purnawirawan, seorang pensiunan jenderal bintang satu dan dua orang pensiunan kolonel - yang diharapkan tampil di depan pengadilan Rabu malam - adalah di antara sekitar 50 tokoh militer yang ditahan oleh polisi, Senin.
Enam tersangka lainnya telah dibebaskan setelah diperiksa, kata Anatolia.
Diakui, komplotan kudeta yang menggunakan nama sandi `Operasi Palu Godam` itu, diduga dilakukan pada 2003, sesaat setelah Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), cabang moderat gerakan Islamis yang kini dilarang, tampil berkuasa.
Para mantan petinggi angkatan laut dan angkatan udara Turki itu juga termasuk di antara yang dikumpulkan, Senin.
Staf Jenderal mengatakan, jenderal-jenderal berbintang empat dan para laksamana itu Selasa membahas `situasi serius` setelah penahanan mereka.
Pihak oposisi menuduh pemerintah berusaha untuk memojokkan militer, yang dipandang sebagai benteng sistem sekuler Turki.
Dugaan rencana kudeta itu pertama kali dilaporkan pada Januari lalu oleh surat kabar Taraf, yang secara rutin menargetkan pemberitaannya pada militer.
Surat kabar itu menuduh mereka terlibat rencana pengeboman beberapa mesjid dan meningkatkan ketegangan dengan Yunani, dengan memaksa jatuh sebuah pesawat jet Turki, untuk memojokkan pemerintah dan pada akhirnya mengakibatkan kejatuhan pemerintah.
Taraf mengatakan, rencana tersebut dibahas dalam satu seminar militer pada Maret 2003, dan menerbitkan transkrip dari rekaman tape yang tampaknya membenarkan, bahwa beberapa jenis tindakan anti-pemerintah diputuskan dalam pertemuan tersebut.
Jenderal purnawirawan yang dituduh memulai rencana itu telah membenarkan ancaman gerakan-gerakan Islam dibahas dalam pertemuan, namun mengatakan, dokumen-dokumen mencakup rencana-rencana pengeboman sejumlah mesjid, dan untuk menjatuhkan sebuah pesawat Turki.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010