Jakarta (ANTARA) - Palang Merah Indonesia (PMI) dan Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) tengah bersiap menyalurkan bantuan tunai langsung kepada 10 ribu lebih keluarga di Palu, Sulawesi Tengah, yang terkena dampak bencana tsunami dua tahun lalu.

"Setelah tsunami Aceh dan Nias, ini merupakan dukungan dan bantuan terbesar dari masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah untuk operasi pemulihan Palang Merah Indonesia dan tim lokal yang telah menyentuh masyarakat terdampak," kata Kepala Tim Dukungan Kluster Negara untuk IFRC Indonesia dan Timor-Leste Jan Gelfand melalui keterangan pers yang diterima ANTARA, Jakarta, Senin.

Dukungan dan bantuan itu termasuk di wilayah yang paling menantang agar masyarakat pulih dari bencana dalam dua tahun terakhir ini, dan kini juga menghadapi pandemik

Jan mengatakan bahwa dua tahun setelah bencana gempa bumi, tsunami dan likuefaksi di Palu, ribuan masyarakat yang terdampak dan selamat dari bencana tersebut saat ini juga harus menghadapi krisis sosial ekonomi yang parah akibat pandemi COVID-19.

Baca juga: Produksi ribuan masker, PMI-Bulan Sabit Merah Turki bekerja sama

Baca juga: PMI salurkan bantuan nontunai untuk korban gempa di Parigi Mautong

Untuk itu, relawan PMI yang berada di wilayah Sulawesi Tengah dan sekitarnya, termasuk kelompok pertama yang melakukan respons kemanusiaan, disusul oleh para relawan dan personilnya dari seluruh Indonesia, serta relawan IFRC yang juga mendukung, terus terlibat dalam upaya pemulihan selama dua tahun terakhir.

Namun demikian, banyak korban terdampak yang masih tinggal di hunian sementara atau bersama kerabat masih menghadapi banyak kesulitan dan saat ini bahkan menjadi kelompok yang rentan terpapar COVID19.

Oleh karena itu, dalam upaya untuk terus membantu proses pemulihan akibat bencana gempa dan tsunami dua tahun lalu, serta bencana non-alam COVID-19 tahun ini, PMI dan IFRC kembali bersiap menyalurkan bantuan langsung tunai sekitar Rp64,3 miliar kepada lebih dari 10.000 keluarga yang terkena dampak bencana tersebut.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PMI Sudirman Said juga mengatakan bahwa selama dua tahun terakhir PMI telah melaksanakan program respons tanggap darurat dan upaya pemulihan bagi orang-orang yang terkena dampak di Sulawesi Tengah. Namun demikian, program-program terus perlu terus disesuaikan menyusul datangnya bencana baru berupa pandemi COVID-19.

"Kini program kami juga harus menyesuaikan dalam kondisi pandemi enam bulan terakhir untuk melindungi masyarakat terdampak ini dari COVID-19, sambil memperluas lingkup untuk mendukung mereka yang terkena dampak bencana dan yang menghadapi lebih banyak kesulitan karena pandemi," kata Sudirman Said.

Ia mengatakan bahwa berdasarkan data, penyebaran kasus COVID-19 terus meluas dan mencatatkan kasus yang tinggi setiap hari, termasuk kluster penularan baru dari keluarga.

"Mereka yang ditampung keluarga yang mempunyai rumah (kecil) harus hidup dalam ruang sempit dan anggota keluarga yang kini (semakin) bertambah," katanya.

Untuk itu, PMI berupaya menyesuaikan bentuk bantuan guna memberikan pertolongan yang tepat kepada orang-orang yang membutuhkan.

IFRC, katanya, terus mendukung program bantuan yang selama ini telah dilakukan PMI, antara lain bantuan pelayanan kesehatan darurat untuk 17.600 orang, bantuan 22 juta liter air kepada lebih dari 70 ribu orang, bantuan promosi kesehatan dan dukungan psikososial yang telah diberikan kepada 14 ribu orang.

Untuk itu, bantuan langsung tunai yang akan disalurkan oleh PMI dan IFRC dalam waktu dekat yang merupakan bagian dari upaya bantuan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.*

Baca juga: PMI Sulteng: pelayanan PMI jangan beda-bedakan orang

Baca juga: PMI dan BSM Turki salurkan alat tangkap ikan untuk korban tsunami Palu

Pewarta: Katriana
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020