Kami memiliki banyak hubungan baik di area itu. Kami akan melihat apakah kami bisa menghentikannya

Washington (ANTARA) - Amerika Serikat akan berusaha menghentikan kekerasan yang telah memicu antara Armenia dan Azerbaijan, dua bekas republik Soviet yang berperang pada tahun 1990-an.

"Kami melihatnya dengan sangat cermat," kata Presiden Donald Trump dalam jumpa pers Minggu malam (27/9) waktu setempat.

"Kami memiliki banyak hubungan baik di area itu. Kami akan melihat apakah kami bisa menghentikannya." ujar Trump.

Kekerasan itu menewaskan sedikitnya 16 militer dan beberapa warga sipil pada Minggu dalam bentrokan terberat antara Armenia dan Azerbaijan sejak 2016, menghidupkan kembali kekhawatiran tentang stabilitas di Kaukasus Selatan, koridor pipa yang membawa minyak dan gas ke pasar dunia.

Baca juga: Armenia umumkan darurat militer setelah bentrok di Nagorno-Karabakh
Baca juga: Presiden Azerbaijan tegaskan tak akan serahkan wilayahnya ke Armenia

Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengeluarkan peringatan keras atas provokasi militer berskala besar oleh tentara Armenia di garis depan pada Minggu pagi, dengan menyatakan "siapa pun yang mencoba mengintimidasi Azerbaijan akan menyesal".

Dalam pidatonya kepada rakyat Azerbaijan, Presiden Aliyev mengatakan angkatan bersenjata Armenia menembaki permukiman Azerbaijan dan lokasi-lokasi militer dari beberapa arah dengan menggunakan berbagai jenis persenjataan, termasuk artileri berat.

"Akibat tembakan musuh, ada korban di antara penduduk sipil dan prajurit kami. Beberapa orang terluka. Semoga Allah mengistirahatkan para syuhada kami dengan tenang," kata dia, tanpa menyebutkan jumlah korban secara spesifik.

Aliyev bersumpah untuk membalas darah para martir, dengan mengatakan bahwa tentara Azerbaijan terus melakukan pembalasan terhadap lokasi militer Armenia. Banyak unit peralatan militernya telah dihancurkan.

"Ini adalah perwujudan lain dari fasisme Armenia," ujar dia.

Pemimpin Azerbaijan itu menambahkan bahwa selain serangan itu, Armenia tetap melanjutkan pemukiman ilegal di wilayah Azerbaijan.

"Azerbaijan mempertahankan tanahnya, Karabakh (bagian atas) adalah milik Azerbaijan," Aliyev menegaskan.

Sementara itu, Pemerintah Armenia mengumumkan darurat militer dan mengerahkan tentara secara penuh setelah bentrok dengan Azerbaijan menyangkut wilayah Nagorno-Karabakh, kata Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, Minggu.

Ketegangan antara Armenia dan Azerbaijan memuncak pada Minggu pagi terkait insiden Nagorno-Karabakh.

Daerah itu merupakan wilayah pegunungan di Kaukasus Selatan yang dikuasai Azerbaijan, tetapi dihuni oleh mayoritas etnis warga Armenia.

Pemerintah Armenia di ibu kota negara, Yerevan, menuduh tentara Azerbaijan melancarkan serangan di Nagorno-Karabakh, sementara Pemerintah Azerbaijan di ibu kota negara, Baku, menuduh tentara Armenia juga melakukan tindakan serupa ke arah militer dan warga sipil.

Sementara itu, otoritas di Nagorno-Karabakh, yang mendeklarasikan kemerdekaan sejak 1991, juga mengumumkan darurat militer dan mengerahkan penduduknya yang berjenis kelamin laki-laki untuk mengantisipasi bentrokan.

Armenia mengatakan Azerbaijan mengerahkan serangan udara dan artileri di Nagorno-Karabakh. Namun, Azerbaijan mengatakan pihaknya membalas serangan tentara Armenia.

Baca juga: Presiden Azerbaijan beri peringatan keras atas serangan Armenia
Baca juga: Turki sebut Armenia penghambat perdamaian, hentikan permusuhan

Penerjemah: Azis Kurmala
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020