Seoul (ANTARA News/AFP) - Banyak wanita pengungsi Korea Utara mengalami kekerasan seks atau menjadi korban perdagangan manusia di China atau di negara lainnya setelah malarikan diri dari tanah air mereka, badan pengawasan hak asasi manusia negara Korea Selatan mengatakan, Senin.
Laporan oleh Komisi HAM Nasional itu merupakan laporan pertamanya mengenai keadaan menyedihkan wanita pengungsi Korea Utara di negara ketiga dan menyusul wawancara serta survei atas 274 pembelot tahun lalu.
"Wilayah perbatasan adalah tempat sebagian besar pelanggaran terhadap wanita terjadi," guru besar universitas Lee Im-Ha, yang membantu melakukan survei itu, mengatakan pada konferensi pers.
Sebenarnya semua warga Korea Utara yang meninggalkan negara mereka menyeberang ke China, tempat mereka menghadapi pemulangan jika tertangkap. Banyak dari mereka melakukan perjalanan ke negara-negara Asia Tenggara dengan harapan mendapat tempat tinggal kembali pada akhirnya di Korea Selatan.
Banyak wanita pengungsi Korut mengalami perlakuan kejam di kamp-kamp pengungsi di China dan negara lainnya, survei itu menemukan. Hampir 20 persen dari wanita itu menyuap penjaga Korea Utara dengan uang atau seks untuk dapat melintasi perbatasan pertama tersebut, katanya.
Kebijakan pemulangan paksa oleh China telah dikritik dengan keras oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia.
Pada konferensi pers di Washington pada April tahun lalu, beberapa wanita Korea Utara yang berhasil meloloskan diri dari perdagangan seks di China mengatakan para perantara di negara itu telah memperlakukan mereka seperti ternak dengan menjual mereka pada satu atau lebih "suami".
Hampir 17.000 warga Korea Utara telah tiba di Korea Selatan sejak berakhirnya Perang Korea 1950-1953. (S008/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010