Konsep) ini akan mengintegrasikan mulai dari sisi suplai sampai penggunaan energinya. Ini akan mengakselerasi pemanfaatan pembangkit hidro skala besar untuk diserap di pasar industri besar, seperti PLTA Kayan (Kalimantan).
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggodok konsep Renewable Energy Based Industry (Rebid) khususnya pembangkit listrik tenaga air (PLTA) berkapasitas besar untuk membidik pasar industri skala besar.
Konsep Rebid merupakan bentuk keseriusan pemerintah mempercepat pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) terutama berbasis tenaga air sekaligus memenuhi kebutuhan energi listrik yang makin meningkat pada masa mendatang.
"(Konsep) ini akan mengintegrasikan mulai dari sisi suplai sampai penggunaan energinya. Ini akan mengakselerasi pemanfaatan pembangkit hidro skala besar untuk diserap di pasar industri besar, seperti PLTA Kayan (Kalimantan)," jelas Direktur Aneka EBT Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Harris dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.
Baca juga: Pemerintah libatkan milenial dalam pengembangan EBT
Harris mengungkapkan PLTA maupun pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM) akan terus dikembangkan sesuai dengan regulasi.
"Kami harapkan bisa dikembangkan melalui regulasi yang ada saat ini. Kami akan mengakomodir semua (masukan pengembang). Khususnya (kapasitas) yang di bawah atau sampai dengan 5 megawatt (MW), implementasinya dilakukan melalui penunjukan langsung dan feed in tariff," ungkapnya.
Apabila kapasitas pembangkit di atas 5 MW, penetapan harga jual beli akan dilakukan dengan skema antarbisnis (business to business/B to B). "Konsep tersebut sudah ada dalam draf peraturan presiden," kata Harris.
Baca juga: Menteri ESDM: Penerapan smart grid jadi opsi penuhi target bauran EBT
Saat ini, Kementerian ESDM juga tengah bekerja sama pemanfaatan waduk eksisting dan baru bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan potensi kapasitas sebesar 302 MW.
Sebaran ada di eksisting Kalimantan Timur yakni Waduk Arsari/Sepaku 20 MW, Waduk Lembakan 20 MW, dan Waduk Wamboja 18 MW; eksisting Papua yaitu PLTM Kalibumi 6,3 MW; Kalimantan Selatan di PLTA Kusan 65 MW; Sulawesi Tenggara yakni PLTA Konawe/Bendungan Pelosika 10 MW; dan Jambi adalah PLTA Merangin 90-228 MW.
Khusus di Kalimantan Utara, pemerintah tengah melakukan penyelerasan (cascading) 5 PLTA dengan total kapasitas 6.000-9.000 MW dan PLTA Mentarang berkapasitas 1.375 MW. Keduanya diperuntukkan untuk mendukung kegiatan industri di Kalimantan Timur.
Baca juga: Hadiri CEM, Menteri ESDM paparkan langkah pemanfaatan energi bersih RI
Menurut Harris, besarnya potensi air di Papua tengah dilirik oleh Fortescue Metals Group (FMG) Australia yang berencana investasi PLTA 20 gigawatt (GW) beserta kawasan industri di Memberamo, Urumuka, Idenberg, Balein, dan Derewo.
"Kami berharap mereka bisa membawa industrinya sehingga membawa benefit untuk Indonesia lebih tinggi lagi," harapnya.
Di samping itu, menurut Harris, Kementerian ESDM terus mengoptimalkan proyek-proyek yang telah masuk daftar penyedia terseleksi (DPT) PT PLN (Persero), namun terhenti dan akan dikembangkan dengan skema pengembang swasta (independent power producer/IPP) murni atau mandatori anak perusahaan PLN dengan potensi 1.000 hingga 5.425 MW.
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020