Institut Korea untuk Unifikasi Nasional milik negara Korea Selatan (Korsel) mengatakan survei yang dilakukan terhadap 1.000 orang dewasa di seluruh negeri itu November lalu menunjukkan bahwa 70 persen dari mereka menganggap senjata nuklir Korea Utara (Korut) akan menjadi ancaman bagi keselamatan mereka, sebagaimana dikutip dari AFP.
Jajak pendapat itu menunjukkan hampir 12 persen dari mereka mencatat ancaman nuklir Utara "sangat serius", dengan 58 persen merasa bahaya "agak luas".
Namun 30 persen responden melihat tidak ada ancaman di Korut, yang bersenjata nuklir, hasil jajak pendapat itu mengatakan.
Survei itu memperlihatkan 84 persen dari mereka yang disurvei mendukung "persetujuan besar" atau perjanjian paket yang menetapkan jaminan keamanan dan bantuan internasional akan diberikan kepada Utara sebagai pertukaran bagi denuklirisasi menyeluruh dan dapat dibuktikan.
Korut telah mendapat tekanan internasional yang meningkat untuk kembali ke pembicaraan perlucutan senjata nuklir enam-pihak sejak negara itu mundur April lalu.
Utusan AS, China dan PBB telah mengunjungi Pyongyang dalam beberapa bulan terakhir dalam diplomasi yang dimaksudkan untuk membawa Korea Utara kembali ke pembicaran nuklir dengan AS, China, Rusia, Korea Selatan dan Jepang.
Para juru runding nuklir China dan Korut telah mengadakan pembicaraan di Beijing awal bulan ini, yang tampaknya untuk membantu memulai lagi forum tersebut, tapi tidak ada kemajuan yang dilaporkan.
Negara komunis itu, yang menguji coba senjata atom pada Oktober 2006 dan Mei 2009, telah menetapkan dua syarat untuk memulai kembali pembicaraan nuklir tersebut: pencabutan sanksi PBB dan komitmen AS untuk membicarakan perjanjian perdamaian resmi.
Namun AS, Korsel dan Jepang menyatakan Korut harus kembali tanpa syarat dan menunjukkan komitmen untuk membatalkan program nuklirnya sebelum masalah lain ditangani.(S008/A024)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010