Temuan baru itu menambah jumlah total menjadi 34 kasus sejak pertama kali dikonfirmasi pada 10 September dan terjadi pada satwa liar.
Semua kasus ditemukan di kawasan temuan pertama di daerah Brandenburg.
Lembaga sains Friedrich-Loeffler Jerman membenarkan bahwa hewan terbaru itu mengidap ASF, demikian pemerintah setempat.
China dan sejumlah konsumen daging babi lainnya melarang impor daging babi asal Jerman pada September ini setelah kasus pertama terkonfirmasi, sehingga menyebabkan harga daging babi melonjak.
Penyakit tersebut tidak berbahaya bagi manusia namun cukup fatal bagi hewan babi dan menjadi wabah besar di China, produsen daging babi terbesar dunia, yang mengakibatkan ratusan juta babi dimusnahkan.
Pemerintah Jerman sedang mempertimbangkan bantuan bagi para peternak setelah terjadi penurunan nilai jual akibat penemuan ASF di hewan liar, menurut Menteri Pertanian Federal Julia Kloeckner, Jumat.
Pemerintah negara bagian Brandenburg juga mengatakan akan melonggarkan beberapa panen dan pembatasan lapangan di area terdampak, asalkan ladang telah diperiksa.
Pelonggaran ini mencakup kegiatan panen gula, kentang dan buah-buahan serta penaburan biji-bijian. Kegiatan panen dihentikan lantaran khawatir babi hutan yang bersembunyi di ladang akan kabur dan menyebarkan bencana lebih cepat.
Sumber: Reuters
Baca juga: Kasus flu babi, Jerman minta China terapkan larangan impor terbatas
Baca juga: Polisi Jerman temukan kepala babi di depan kantor Merkel
Baca juga: Babi hutan di Jerman masih tercemar radioaktif Chernobyl
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020