New York (ANTARA) - Dolar terus menguat pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dan membukukan kenaikan mingguan terbesarnya sejak awal April karena investor khawatir tentang pemulihan ekonomi yang melambat, meningkatnya infeksi virus Corona di Eropa, ketidakpastian tentang stimulus AS, dan pemilihan mendatang di ASi.
Sementara pesanan untuk barang modal utama AS meningkat lebih baik dari yang diperkirakan pada Agustus, pesanan untuk barang tahan lama - mulai dari pemanggang roti hingga pesawat terbang yang dimaksudkan untuk bertahan tiga tahun atau lebih - naik 0,4 persen pada Agustus setelah melonjak 11,7 persen pada Juli.
Dengan begitu banyak hal yang membuat investor merasa tidak pasti, JB Mackenzie, direktur pelaksana berjangka dan valas di TD Ameritrade melihat peningkatan volatilitas menjelang pemilu AS 3 November dan sebagai akibatnya, lebih banyak permintaan untuk dolar.
Baca juga: Emas jatuh, investor beralih ke dolar berlindung dari virus Corona
"Pemilu dan stimulus serta pemulihan ekonomi yang berkelanjutan, ketiga bagian itu, jika tidak bekerja mengunci langkah, kemungkinan besar akan ada pergerakan ke dolar sebagai pelarian ke perdagangan yang aman," kata Mackenzie.
Mackenzie juga melihat faktor-faktor seperti kesulitan Inggris untuk membuat rencana keluar dari Uni Eropa sebagai faktor luar negeri yang juga dapat menjaga dolar tetap kuat.
Sementara greenback turun sedikit pada Kamis (24/9/2020), setelah empat hari naik, karena ekuitas menguat di tengah harapan untuk stimulus, reli mata uang AS dilanjutkan pada Jumat (25/9/2020) karena kekhawatiran muncul kembali.
"Kemarin adalah sentimen yang lebih positif dan lebih tenang ... barang tahan lama pagi ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan di Amerika Serikat sangat tidak merata," kata Juan Perez, pedagang mata uang senior dan ahli strategi di Tempus Inc.
Baca juga: Yuan melemah lagi hari ke 5, turun 93 basis poin terhadap dolar AS
Seiring dengan data dan ekspektasi ekonomi AS dan luar negeri yang lebih lemah, Perez mengatakan permintaan dolar juga didorong oleh kegagalan Washington untuk membuat paket stimulus dan kekhawatiran menjelang pemilihan AS.
Partai Republik pada Kamis (24/9/2020) menyangkal penolakan Presiden Donald Trump untuk berkomitmen pada transfer kekuasaan secara damai setelah Trump, juga seorang Republikan, mengatakan pada Rabu (23/4/2020) bahwa ia memperkirakan hasil pemilihan pada akhirnya diselesaikan oleh Mahkamah Agung.
“Di saat-saat seperti itu ketika kekacauan dan malapetaka dan keburaman masa depan begitu intens dan padat, saat itulah dolar akan naik sekali lagi,” kata Perez. "Pasar akan selalu takut ketika pemerintah yang kuat tidak memberikan kejelasan tentang kelanjutan, tentang stabilitas."
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama, terakhir naik 0,31 persen pada 94,601 dan berada di jalur untuk persentase kenaikan mingguan terbaiknya sejak awal pekan April.
Dengan kenaikan lima hari berturut-turut terhadap yen Jepang, greenback menunjukkan kenaikan mingguan terkuatnya terhadap yen sejak awal Juni. Untuk hari ini, yen melemah terhadap dolar di 105,60 yen
Euro mengalami penurunan mingguan terbesar terhadap dolar sejak awal April. Dolar, dalam reli enam hari terhadap franc Swiss, menunjukkan kenaikan mingguan terbesar juga sejak awal April terhadap mata uang itu.
Untuk hari ini, euro melemah 0,40 persen pada 1,1627 dolar, setelah mencapai posisi terendah dua bulan.
Mata uang-mata uang berisiko melemah, dengan dolar Australia turun 0,28 persen dan jatuh sekitar 3,6 persen untuk minggu ini dalam penurunan mingguan terbesar sejak pekan yang berakhir 20 Maret. Dolar Selandia Baru turun tipis 0,08 persen terhadap greenback tetapi menunjukkan penurunan mingguan terbesar sejak pekan yang berakhir 15 Mei.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020