Kabul (ANTARA News/AFP) - Satu tentara asing tewas di Afghanistan selatan pada Minggu akibat bom Taliban, kata NATO, meskipun kematian itu tidak terkait dengan gerakan besar tentara terhadap kelompok pejuang tersebut.
Kematian itu menjadikan 25 jumlah tentara asing tewas sejak 13 Februari, saat peluncuran Gerakan Gabungan terhadap pejuang di daerah Marjah dan Nad Ali di propinsi Helmand, Afghanistan selatan.
Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO pada Sabtu mengumumkan kematian dua tentara asing, satu di bagian timur dan yang lain di selatan negara terkoyak perang tersebut.
ISAF tidak mengumumkan kebangsaan tentara itu, sesuai dengan kebijakannya.
Tentara itu menyatakan kedua orang tentara tewas di selatan itu akibat peledak buatan rumahan (IED), yang lain akibat tembakan senjata genggam.
Sejumlah 12 tentara asing tewas dalam Gerakan Gabungan, kata juru bicara ISAF.
Kebanyakan kematian di Gabungan akibat IED, yang menjadi senjata utama pejuang, yang hadir di sebagian besar negara tersebut.
Sekitar 15.000 tentara Amerika Serikat, NATO dan Afghanistan terlibat dalam gerakan di Helmand itu, yang bertujuan membersihkan Taliban dari daerah tersebut, yang menghasilkan sebagian besar opium dunia dan dikuasai bertahun-tahun oleh pejuang dan pedagang candu.
Pejuang Taliban oleh pejabat tentara disebut melakukan perlawanan gigih di kantong daerah sasaran, dan jumlah tak diketahui bom tersembunyi mereka menghalangi kemajuan tugas itu.
Panglima utama menyatakan memperkirakan gempuran itu berlangsung sebulan.
Menurut hitungan kantor berita Prancis AFP berdasarkan atas angka laman mandiri icasualties.org, 87 tentara asing tewas di Afghanistan pada 2010.
Jumlah korban pada Januari ditambah Februari tahun lalu adalah 49 orang.
Sejumlah 1.658 tentara asing tewas di Afghanistan sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, dengan tentara negara adidaya itu di urutan pertama dengan 999 orang, diikuti Inggris (263) dan Kanada (140).
Amerika Serikat dan NATO memunyai lebih dari 120.000 tentara di Afghanistan untuk memerangi Taliban, akan mencapai 150.000 pada Agustus dengan pelonjakan tambahan tentara oleh Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Bom rakitan, yang ditanam di jalanan, menjadi penyebab sebagian besar kematian tentara asing itu.
IED (bom rakitan) murah dan mudah dibuat, sebagian besar menggunakan pupuk dan pemicu dari telepon genggam.
IED biasanya buatan sendiri, yang diledakkan oleh kendali jauh dan sering berserakan di jalan dan jalan raya, yang dipakai tentara asing, khususnya di kubu Taliban di provinsi Helmand dan Kandahar.
Peledak rakitan menjadi "senjata pilihan" Taliban, kata perwira tinggi sandi tentara Amerika Serikat, yang baru-baru ini menyatakan IED merenggut sampai 90 persen jiwa pasukan asing.
Pemimpin tentara menyatakan mencoba mengembangkan cara baru untuk berurusan dengan ancaman IED, tapi mendapati bahwa Taliban sudah mengubah siasat dengan cepat. (B002/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010