Pontianak (ANTARA) - Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, FAO ECTAD, dan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Kalbar menggelar kampanye rabies ke 481 pelajar sekolah dasar di Kalimantan Barat serta provinsi lainnya yang mendaftar melalui saluran Youtube Ditkesmavet.

Wagub Kalbar Ria Norsan di Pontianak, Jumat menuturkan, edukasi tentang bahaya rabies dapat terus dilakukan agar diingat oleh anak-anak. "Supaya tidak ada lagi anak-anak yang tertular rabies, sesuai dengan visi misi Kalbar, 'Zero Infeksi Rabies Tahun 2023,'" kata Ria Norsan.

Ia mengapresiasi kegiatan kolaborasi itu dimana anak-anak usia sekolah dasar diberikan pendidikan mengenai rabies. "Kalbar merupakan salah satu daerah pandemi rabies," ujar dia.

Pada Agustus 2014, Kalbar pernah dinyatakan sebagai daerah bebas rabies. Namun pada akhir tahun 2014 Kalbar kembali dinyatakan sebagai daerah Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies setelah ditemukannya kasus gigitan anjing positif rabies di Kabupaten Ketapang, Melawi, dan terus menyebar ke seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Barat, kecuali Kota Pontianak.

Kasus tertinggi terjadi tahun 2018 dengan jumlah korban meninggal sebanyak 25 orang dari 3.873 kasus gigitan. Pada Tahun 2019, ada 14 orang korban meninggal dari 4.398 kasus gigitan. Di tahun 2020 tertanda sampai 21 September ini korban meninggal sebanyak 2 orang dari 1.398 kasus gigitan.

Kampanye rabies ini dikemas dalam bentuk pentas drama virtual anak dengan tema "Aku dan Hewan Kesayanganku Bebas Rabies" yang menyuguhkan informasi tentang apa itu rabies, bahaya rabies, tindakan yang dilakukan jika digigit hewan penular rabies, cara menghindari gigitan anjing serta memelihara hewan kesayangan yang baik melalui konsultasi ke dokter hewan dan pentingnya vaksinasi rabies secara rutin pada hewan.

Sementara dalam pengantarnya, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner drh. Syamsul Ma’arif mengatakan bahwa rabies adalah salah satu zoonosis, yaitu penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya. "Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner bertanggung jawab terhadap pengendalian dan penanggulangan zoonosis, utamanya agar penyakit ini tidak menular kepada manusia," ujar dia.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah peningkatan partisipasi masyarakat dengan memperhatikan kesehatan lingkungan dan kesejahteraan hewan.
Syamsul menambahkan bahwa sebagai wujud tanggung jawab kepada hewan peliharaan, maka setiap orang yang memiliki atau memelihara hewan wajib menjaga dan mengamati kesehatan hewan dan menjaga kebersihan serta kesehatan lingkungannya.

Jika mengetahui terjadinya kasus zoonosis, misalnya rabies pada manusia dan/atau hewan, wajib melaporkan kepada petugas yang berwenang, baik itu petugas kesehatan maupun petugas kesehatan hewan.

Team Leader a.i FAO ECTAD Luuk Schoonman menambahkan bahwa kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang menargetkan anak-anak di sekolah dasar ini dapat menjadi pengingat kepada sekitarnya untuk saling menjaga kesehatan hewan agar terhindar dari penyakit rabies.

Pelaksana Tugas Direktur Kantor Kesehatan USAID Indonesia Pamela Foster mengatakan, tahun ini lebih dari sebelumnya, terlihat bukti bahwa penyakit menular, seperti rabies, tidak mengenal batas wilayah dan menimbulkan ancaman serius bagi individu, negara, dan dunia.

"Pemerintah Amerika Serikat, melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), telah bermitra dengan Indonesia selama lebih dari 10 tahun sebagai bagian dari komitmen bersama kami terhadap Agenda Ketahanan Kesehatan Global, untuk mengendalikan dan mencegah penyakit menular," kata dia.

Peringatan Hari Rabies Sedunia tahun ini menggarisbawahi peran penting yang dapat dilakukan generasi muda untuk membantu mengatasi tantangan ini dan menjaga diri mereka tetap aman.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Nasrullah mengatakan edukasi tentang rabies, khususnya kepada anak-anak usia sekolah dasar di daerah endemis ini, sangat penting, mengingat mayoritas korban gigitan adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun.

Mengutip informasi dari Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) bahwa setiap sembilan menit satu orang meninggal dunia karena rabies, dan setiap tahun, rabies membunuh hampir 59.000 orang di seluruh dunia.

Lebih dari 95 persen kasus rabies pada manusia akibat gigitan anjing yang terifeksi rabies. Walaupun mematikan, rabies pada manusia 100 persen dapat dicegah. Misal dengan vaksinasi anjing terhadap rabies merupakan cara yang terbaik dalam mencegah penularan rabies dari hewan ke manusia. Dengan melakukan vaksinasi setidaknya 70 persen dari populasi anjing, dapat mencegah penularan rabies dari hewan ke manusia.

Hari Rabies Sedunia diperingati setiap tanggal 28 September. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, FAO ECTAD, USAID mengadakan serangkaian kegiatan kolaborasi dengan Kementerian Kesehatan, WHO, Pemprov Kalbar, Dinas Pendidikan Kalimantan Barat, dan Dinas Pangan, Peternakan, dan Kesehatan Hewan Kalimantan Barat.

Pewarta: Teguh Imam Wibowo
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020