Al-Qaida di Maghreb Islam (AQIM) telah mengatakan Prancis dan Mali harus "bertanggung jawab" atas hidup Pierre Camatte, yang diculik di Mali November, kecuali Bamako membebaskan para tawanan itu pada 20 Febuari.
Laporan di surat kabar Independent Mali, Jumat, mengatakan sebuah pengadilan di Bamako menghukum keempat tawanan itu -- yang ditangkap oleh pasukan keamanan April -- Kamis pagi hanya selama waktu yang mereka telah jalani, yang sama artinya dengan bebas.
Para pejabat pemerintah tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar mengenai putusan pengadilan Sabtu pagi itu.
AQIM juga menyatakan bertanggung jawab atas penculikan tiga warga Spanyol dan satu pasangan Italia. Belum ada pernyataan Sabtu mengenai nasib Camatte atau sandera lain.
Kelompok itu muncul pada 2007 dari gerakan Salafi, GSPC, yang memerangi pasukan keamanan Aljazair pada 1990-an.
Tahun lalu kelompok itu membunuh seorang sandera Inggris dan beberapa pengamat mengatakan kelompok itu tertarik untuk mengamankan pembayaran multi-jutaan dolar uang tebusan karena hal itu untuk tujuan politik.
AQIM telah melancarkan serangan pemboman bunuh diri dan serangan di Aljazair, tapi dalam beberapa tahun terakhir telah mengalihkan sebagian besar kegiatannya ke selatan hingga padang pasir Sahara.
Beberapa pemerintah Barat percaya bahwa pejuang terkait al-Qaida dan penyelundup narkoba -- yang menggunakan Sahara, yang bergolak dari segi politik dan berpenduduk jarang sebagai tempat perlindungan yang aman -- telah menempa hubungan yang dapat membuat kedua kelompok itu menjadi ancaman yang lebih kuat.
AS dan negara-negara Eropa berusaha untuk meningkatkan kemampuan negara-negara kawasan-Sahara guna memerangi ancaman itu, tapi perselisihan di antara pemerintah-pemerintah regional telah menghambat upaya untuk meningkatkan jawaban yang terkoordinasikan.
(UU.S008/C003/P003)
Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010