"Di awal Maret sampai dengan Mei terjadi penurunan layanan. Oleh karena itu, kita ingin mengejar atau memaksimalkannya sekarang," kata Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Dwi Listyawardani saat diskusi virtual yang dipantau di Jakarta, Jumat.
Baca juga: BKKBN: Kesadaran masyarakat ikut KB sudah tinggi
Pada saat Hari Keluarga Nasional dan momentum Hari Kontrasepsi Sedunia, BKKBN juga melakukan pelayanan serentak di Tanah Air kepada masyarakat untuk mengejar target tersebut.
Layanan serentak tersebut memiliki sejumlah target di antaranya metode kontrasepsi jangka panjang sebanyak 250 ribu intra uterine device (IUD) dan 150 implan.
"Ini agar apa yang sudah ditargetkan di awal tahun dapat tercapai di akhir tahun," ujar dia.
Selain menargetkan metode kontrasepsi jangka panjang, BKKBN juga mengupayakan menjangkau daerah-daerah terpencil di Indonesia terkait program Keluarga Berencana (KB).
Tujuannya supaya masyarakat di seluruh wilayah Tanah Air termasuk daerah terpencil maupun di perbatasan bisa merasakan layanan, edukasi dan sebagainya terkait program KB.
Baca juga: BKKBN sarankan pasangan muda tunda kehamilan saat pandemi
Hingga saat ini sebagian besar pengguna alat kontrasepsi masih didominasi suntik dan pil. Sebagai perbandingan dari 100 orang yang ikut program KB maka 70 di antaranya menggunakan pil maupun suntik.
Ia menilai suntik dan pil hingga kini masih menjadi favorit oleh masyarakat. Hal itu bisa jadi dipengaruhi masyarakat masih enggan menggunakan metode jangka panjang.
"Mungkin karena beberapa kekhawatiran atau juga karena maksud penggunaannya mereka ingin terjadi pemulihan kesuburan lebih cepat dengan metode non jangka panjang," katanya.
Baca juga: Kepala BKKBN: ASI eksklusif mencegah anak stunting
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020