Lamongan (ANTARA News) - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ahmad Bagdja menyatakan siap menggantikan KH Hasyim Muzadi untuk memimpin PBNU pada Muktamar ke-32 NU di Makassar, 22-27 Maret mendatang.
"Saya sudah 25 di NU, sejak dari masa kepemimpinan Gus Dur selama 15 tahun, bahkan sempat menjadi sekjen pada periode terakhir Gus Dur," katanya setelah pembukaan Festival Hadrah Nusantara dalam rangka pramuktamar NU, di Lamongan, Sabtu.
Di sela-sela acara pramuktamar di Pesantren Tarbiyatut Tholabah, Kranji, Paciran, Lamongan, Jatim itu, ia menjelaskan dirinya di era kepemimpinan KH Hasyim Muzadi menjabat sebagai salah satu ketua sekitar 10 tahun.
"Jadi, kalau para kiai banyak meminta saya untuk menjadi Ketua Umum, tentu saya harus siap," kata tokoh NU yang siap maju ke muktamar NU bersama kandidat lain seperti Said Aqil Siradj, KH Sholahudin Wahid, Masdar F Mas`udi, dan Ali Maschan.
Menurut dia, NU saat ini membutuhkan penataan organisasi yang menyeluruh, karena tantangan yang dihadapi NU semakin berat, baik itu tantangan nasional maupun internasional.
"Untuk itu, NU membutuhkan adanya pembagian wewenang yang jelas antara syuriah (legislatif) dan tanfiziah (eksekutif). Syuriahnya harus diperkuat, sedang tanfiziah sebagai pelaksana," katanya.
Selain itu, semua perangkat NU harus berjalan maksimal mulai lembaga dan badan otonom, seperti Muslimat, Ansor, Fatayat, IPNU, dan IPPNU.
"Semua itu harus difungsikan dengan baik. Mereka ada karena dibentuk NU sebagai alat organisasi yang menangani sumber daya manusia dalam berbagai tingkatan," katanya.
Untuk bidang garapan, ia menilai NU harus lebih maksimal lagi melayani umat, yaitu dalam bidang dakwah, pendidikan, ekonomi, dan sosial.
"Lebih dari itu, hubungan kepengurusan NU ke depan harus jelas mulai dari tingkat pusat hingga bawah, sebab selama ini banyak kebijakan-kebijakan tidak sampai ke akar rumput," katanya.
Biasanya, katanya, kebijakan pusat hanya sampai pada tingkatan PC (Pengurus Cabang atau pengurus tingkat kabupaten/kota).
"Terkadang tidak sampai pada Majelis Wakil Cabang (MWC atau tingkat kecamatan), apalagi pada ranting (kelurahan/desa). Kondisi seperti ini dikarenakan ketidakkuatan kepengurusan di tingkat bawah," katanya.
Ia menambahkan Muktamar ke-32 NU di Makassar merupakan muktamar yang luar biasa, karena pesertanya bukan hanya dari dalam negeri, tapi juga dari luar negeri, yaitu PCI (Pengurus Cabang Istimewa) dari semua benua.
"Jadi, pada muktamar nanti banyak tamu dari luar negeri mulai dari Eropa hingga Amerika, dan mulai dari Asia hingga Australia dan Afrika," katanya.(ANT/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010