Kuala Lumpur (ANTARA News) - Sebelas anak buah kapal asal Indonesia terkatung-katung di tengah lautan selama enam hari setelah kapal berbendera Singapura yang diawaki mereka, dibajak dekat pulau Tioman ketika berlayar dari Singapura ke Kamboja, demikian kata Atase Perhubungan KBRI Kuala Lumpur Sahar Andika Putra, Sabtu.
Kesebelas orang yang diturunkan paksa untuk menaiki sekoci ini terdampar dekat Markas Angkatan Laut Malaysia dan seterusnya diserahkan ke Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Kota Kinabalu.
"Masih satu ABK yakni juru mesin yang ditahan oleh para pembajak. Nasib dia dan kapalnya saat ini masih belum jelas," kata Andika Putra, Sabtu.
Kesebelas warga Indonesia yanng kini berada KJRI Kota Kinabalu itu adalah Hardin (kapten), Ryan, Wawan, Alamanar, Isman, Heryanto, Herewan, Dedy, Aziz, Rudi Hartono, dab Hamzah. Sementara Nurman Sulaiman, teknisi mesin disandera pembajak.
"Baik kapal yang dibajak, para pembajaknya dan satu ABK Indonesia masih belum dapat ditemukan," kata Sahar.
Menurut keterangan ABK yang selamat, Kapal TB Asta yang berbendera Singapura itu adalah kapal pengangkut pasir dari Singapura ke Kamboja dan sudah sering bolak-balik Singapura-Kamboja.
Kapal itu meninggalkan Singapura pada 6 Februari 2010, dan 12 jam kemudian dibajak sekitar 7-8 orang bersenjata parang dan satu senjata laras panjang AK 47.
Setelah lima hari berlayar, para pembajak melepaskan kesebelas ABK di tengah laut dengan perahu karet, hingga terdampar tidak jauh dari pangkalan Angkatan Laut Malaysia (TLDM) di Sabah.
TDLM lalu menyerahkan kesebelas orang itu ke KJRI Kinabalu yang akan segera dipulangkan ke tanah air, demikian Sahar. (*)
A029/R007/AR09
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010