Bandung (ANTARA News) - Sikap Jusuf Kalla terhadap ujian nasional bagi siswa sekolah masih sama, persis dengan sikapnya ketika dia masih jadi wakil presiden, yaitu tidak mau menurunkan galah yang menjadi standard kelulusan walaupun terbukti banyak orang tidak bisa melompatinya.
Saat berada di Bandung, Jumat, dia menyatakan ketidaksetujuannya dengan penurunan standard ujian nasional supaya lebih banyak siswa yang lulus.
"Di kita ini, kalau ada yang tidak lulus, bukannya dipicu, tapi malah galahnya diturunkan agar semua bisa melompat. Sementara Singapura dan Malaysia saja terus menaikan galah. Akhirnya kita yang jadi TKI terus," kata JK menerangkan.
Menurut dia, tidak ada pendidikan yang baik tanpa pendidikan yang keras.
Dia mengatakan, ujian nasional itu harus diadakan karena memiliki fungsi dan standard yang berbeda dengan ujian akhir sekolah.
"UAS itu hanya mengujikan hal yang wajib diketahui siswa sekolah itu, sedangkan UN haruslah mengujikan apa yang seharusnya diketahui seluruh siswa di Indonesia.
Untuk itu, JK mengatakan, dirinya sangat menyesalkan adanya berbagai penolakan terhadap UN.
"Cuma di Indonesia, ada orang tua murid yang mengajukan presidennya ke pengadilan gara-gara tidak lulus ujian nasional. Kalau nggak lulus itu berarti kualitas guru dan siswanya harus diperbaiki, bukannya protes," katanya.
JK juga mengatakan, anggapan tidak bisa disamakannya standard kelulusan UN bagi siswa di daerah dan di kota besar adalah sebuah kesalahan fatal.
"Itulah pembodohan massal bangsa ini. Adanya pengatrolan dan pembedaan nilai serta diskriminasi kecerdasan. Akhirnya yang menguasai negeri ini hanya SMA-SMA yang bagus," kata JK. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010