Fabby Tumiwa Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR), salah satu inisiator GNSSA, mengatakan, pihaknya sejak awal optimistis bahwa energi surya dapat menjadi pendorong utama pengembangan energi baru dan terbarukan di Tanah Air.
“Hasil studi pasar untuk sektor rumah tangga, komersial, dan UMKM di beberapa kota yang dilakukan IESR pada 2018 sampai 2020 juga menunjukkan potensi pasar serta minat publik yang cukup tinggi untuk memasang PLTS Atap,” kata Fabby di Webinar Peringatan dan Refleksi Tiga Tahun Gerakan Sejuta Surya Atap, Kamis.
Sejak dideklarasikan pada 17 September 2017, GNSSA telah menjadi salah satu kendaraan pemersatu pembuat kebijakan, pelaku, dan pemangku kepentingan energi surya untuk menciptakan suatu kolaborasi.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) F.X. Sutijastoto, menuturkan gerakan ini sangat penting untuk mengembangkan pasar energi surya yang masih kecil dan bahkan masih dibawah skala ekonominya. Akibatnya harga PLTS masih mahal di Indonesia.
"Kita harus terus mengupayakan pengembangan PLTS dan juga EBT lainnya sehingga mencapai skala ekonominya dan harganya menjadi kompetitif," ujarnya.
Lebih lanjut, Sutijastoto mengungkapan bahwa pihaknya sangat apresiatif terhadap IESR yang terus mengupayakan energi surya untuk menjadi isu energi nasional melalui Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap (GNSSA).
"Kementerian ESDM mendukung GNSSA yang memiliki target pemasangan 1 GWp PLTS Atap sampai tahun 2020 ini (setara dengan satu juta rumah)," tukasnya.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2020