Denpasar (ANTARA News) - Maraknya peredaran gambar atau video mesum di internet, bahkan lewat jaringan telepon seluler dikhawatirkan banyak pihak akan menjadi salah satu pendorong kaum remaja melakukan kekerasan seksual.
Pada diskusi dan sosialisasi menyikapi kasus kekerasan pada anak-anak yang digelar atas kerja sama Polda Bali dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Bali, di Denpasar, Jumat, terungkap bahwa tidak sedikit kasus kekerasan seksual berupa penculikan dan pemerkosaan terhadap anak gadis, berawal dari adanya remaja pria yang sebelumnya menonton video mesum.
Ketua KPAID Bali dr Anak Ayu Sri Wahyuni, SpKJ mengungkapkan bahwa tidak sedikit kasus kejahatan seksual yang berawal dari adanya remaja yang menonton video porno.
"Celakanya, sekarang tayangan gambar bejat itu cukup banyak beredar di internet, bahkan ada yang mendapatkannya lewat jaringan telepon genggam (HP) yang para remaja miliki," katanya.
Menurut dia, tayangan gambar yang disaksikan dalam layar telepon seluler itu terbukti telah membangkitkan birahi seorang pelajar SMU di Bali untuk memperkosa gadis yang adalah teman dekatnya.
Selain itu, lanjut dia, pengaruh minuman beralkohol juga cukup banyak menjadi penyebab timbulnya kasus kekerasan yang dilancarkan oleh kaum pria.
Ironisnya, kata Wahyuni, korbannya kebanyakan wanita di bawah umur 18 tahun, yang tidak memahami kenapa dirinya harus menjadi korban dari aksi kekerasan seksual.
Dikatakan, aksi kekerasan seksual, terlebih pada anak-anak, ada yang berlangsung spontanitas setelah pelaku meneguk minuman keras, namun ada juga yang memang cukup terencana dengan berbagai cara.
"Cara yang ditempuh itu tidak hanya dengan berbaik-baik disertai dengan penyerahan bingkisan, namun juga ada yang menjanjikan sesuatu yang memang digemari anak-anak," kata Wahyuni.
Ketua KPAID menyebutkan, ada juga cara yang ditempuh dengan mengajak jalan-jalan kepada si anak yang akan dijadikan korban.
"Yang lebih mencelakakan lagi, tidak sedikit penjahat yang begitu saja menjemput seorang anak saat dia pulang sekolah atau dari tempat si anak mengikuti les," ucapnya.
Dia mengatakan, anak yang berhasil diperdaya tersebut, tidak sedikit kemudian yang terbukti telah menjadi korban pelecehan seksual, perkosaan, pedofilia dan lain-lain.
Mengingat itu, lanjut dia, orang tua mempunyai peran yang paling utama dalam upaya mencegah atau membendung munculnya kejadian tersebut.
"Di rumah anak-anak harus diberi pengertian agar dapat membedakan mana hal yang baik dan buruk, serta bagaimana menjaga diri agar lebih waspada," kata Wahyuni.
Selain itu, lanjut dia, orang tua juga harus dapat berbuat agar kondisi di lingkungan rumah tangga betul-betul membuat betah atau nyaman bagi si anak.
"Buatlah anak anda senyaman mungkin berada di rumah. Dampingi dan berikan pengertian terhadap tayangan televisi yang ditontonnya, dan lebih baik lagi orang tua dapat menciptakan aktivitas seperti olah raga, membaca, berkebun dan lainnya," ujar Wahyuni.(T.P004/R00)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010